Thursday 4 September 2014

Menganalisis Hasil Tes



TUGAS KELOMPOK 7
MENGANALISIS HASIL TES
MATA KULIAH       : EVALUASI PENGAJARAN PKN
DOSEN                      : SUHERDIYANTO, M.PD
DI SUSUN
O
L
E
H
WIDA ASMARA                  : 211000242
ANGGRENA ROSITA         : 211000103
ELIGIA                                  : 211000081
BERNADUS                          : 211000058






SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
POTIANAK
2012
BAB 13
MENGANALISIS HASIL TES
1.      Menilai tes yang dibuat sendiri
Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan mutu tes yang disusunnya. Namun, hal ini tidak dilaksanakan karena kecendrungan seseorang untuk beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak-tidaknya cukup baik. Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling baik adalah melihat hasil yang diperoleh siswa.
Secara teoritis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang keadaannya heterogen. Dengan demikian, maka apabila dikenai sebuah tes akan tercermin hasilnya dalam suatu kurva normal. Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang diharapkan  dalam kurva normal, maka tentu ada apa-apa dengan soal tesnya. Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang disusun mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interprestasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.
Dengan demikian maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.

Ø  Ada  4 cara untuk menilai tes, yaitu:
a.      Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah di susun
 kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain:
1.      Apakah banyaknya  soal utuk tiap topik sudah seimbang?
2.      Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
3.      Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan (dapat disalahtafsirkan)?
4.      Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?
5.      Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?

Ø  Mengadakan analisis soal (item anaysis)
analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
Faedah mengadakan analisis soal:
1.      Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yan jelek.
2.      Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.
3.      Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
Analisis soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat dianalisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian, belum ada pedoman secara standar. Tentang kegunaaan dan cara mengadakaan analisis soal akan dibahas tersendiri di bagian lain.
Ø  Mengadakan checking validitas
 Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content validity). untuk mengadakan checing validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
Tes yang tidak mempunyai  validitas kurikuler atau walaupun mempunyai tetapi kecil maka dapat juga terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan khusus tidak dicantumkan dalam  tabel spesifikasi. Semakin banyak tujuan khusus yang tidak dicantumkan, berarti bahwa validitas kurikulernya semakin kecil.
Dalam hal ini Terry  D.Ten Brink, dalam buku nya yag berjudul: Evaluation, a practikal guide for teacher  yaitu pendapatnya:
1.      Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenced tidak harus menuliskan setiap tujuan khusus, tetapi cukup dengan tujuan-tujuan yang esensial saja.
2.      Untuk tes yag dirancang akan menggunakan  criterion referenced, maka setiap tujuan khusus  harus dicantumkan dalam tabel spesifikasi.
Ø  Dengan mengadakan  checking reliabilita
Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal  tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.  Untuk menghitung reliabilitas tes, telah dikemukakan di bab 6.

2.      Analisis butir soal (Item Analysis)
Telah disinggung  di depan bahwa analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal  yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk”  untuk mengadakan perbaikan.
Perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.
1.      Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atai tidak terlalu sukar, karna soal yang terlalu mudah tidak akan meransang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjdi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan.
2.      Daya pembeda 
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Seluruh  pengikut tes tes dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group). jika seluruh kelompok dapat  menjawab soal tersebut dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal terebut mempunyai D paling besar, yaitu  1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
Cara menetukan  daya pembeda (nilai D)
Untuk itu perlu dibedakan antara kelmpok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas).

3.      Pola jawaban soal
Yang  dimaksud dengan pola jawaban di sini adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a,b,c, atau d atau yang tidak memilih pilihan  manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit, disingkat O. dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang  tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan . sebaliknya sebuah distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi degan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yag kurang memahami konsef atau kurang memahami bahan.

Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui:
1.      Taraf kesukaran soal.
2.      Daya pembeda soal.
3.      Baik dan tidaknya distraktor.

 Sesuatu distraktor dapat diperlakukan  dengan 3 cara:
1.      Diterima, karena sudh baik.
2.      Ditolak, karena tidak baik.
3.       Ditulis kembali, karena kurang baik.


           

No comments:

Post a Comment