Thursday 4 September 2014

Taksonomi



TUGAS KELOMPOK 1

“ TENTANG TAKSONOMI ”
DOSEN                      : SUHERDIANTO, M.PD
MATA KULIAH      : EVALUASI PENGAJARA PKN

DISUSUN OLEH :

1.      ARIE SUMAWAN                     (211000043)
2.      AFRA                               (211000120)
3.      ANDRIANUS                 (211000099)
PRODI           : P P K N
KELAS          : A SORE
SEMESTER  : 5 (GANJIL)


 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) PONTIANAK
2012/2013



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH YANG MAHA ESA, karena hanya dengan karuniaNya lah tugas kelompok kami yang membahas masalah tentang TAKSONOMI, ini dapat diselesaikan.
Dibuat resume ini disamping bertujuan untuk memperkaya dan memperdalam wawasan mahasiswa tetang suatu evaluasi pengajaran, juga di maksudkan untuk memperkaya bahan bacaan bidang manajemen khususnya letak taksonomi dalam pendidikan. Resume ini terdiri dari 3 bagian pembahasan yaitu : arti dan letak taksonomi dalam pendidikan, taksonomi bloom, taksonomi hasil belajar bloom’s.
 Sebagian spesifikasi taksonomi dalam pendidikan, telah diupayakan agar isi pesan resume ini dapat memenuhi harapan para pembaca. Namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa raseme ini tidak luput dari segala kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif akan diterima dengan tangan terbuka.






PONTIANAK,   OKTOBER  2012
PENYUSUN,


PENULIS







TAKSONOMI

1.      Arti dan Letak Taksonomi dalam Pendidikan
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (proyek perintis sekolah pembangunan) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran pada para guru bahwa tujuan pembelajaran harus drumuskan sebelum proses belajar-mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para siswa.
Kesadaran seperti itu diharapkan dapat mendarah daging, seperti halnya jika orng mau pergi kesuatu tempat sudah mempunyai bayangan letak tempat tersebut sehingga dengan mudah menentukan jalan mana yang harus di lalui.
Kepentingan hubungan antara kegiatan belajar mengajar dengan tujuan, oleh seorang ahli bernama Scriven (1967) dikemukakan bahwa harus ada hubungan erat antara:
1)      Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran
2)      Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi
3)      Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi
Tujuan yng di maksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel (1963) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak dapat di ukur maka tujuan itu harus di ubah. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan  perlu dan tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan didasarkan atas tingkah laku. Banyak usaha telah dilakukan untuk mencari metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan sebuah pandangan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari-hari. Yang dimaksud adalah hasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang dimaksud dengan taksonomi. Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara oprasional.
Dalam pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini menjadi tujuan yang lebih terperinci.
Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebutkan ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere disimpulkan bahwa ada 3 tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:


a.       Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan.
b.      Taksonomi.
c.       Tujuan operasional.

2.      Taksonomi Bloom
Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah, yaitu:
a.       Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b.      Prinsip psikologis
Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c.       Prinsip logis
Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d.      Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tangkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah daripada menarik kesimpulan. Atau menghafal, lebih mudah daripada memberi pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dengan proses belajar mengajar.
Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan:
1)      Kategori tingkah laku yang masih verbal.
2)      Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan.
3)      Tingkah laku konkret yang terdiri tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
Ada 3 ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke 2 yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu:
§  Ranah kognitif
§  Ranah afektif
§  Ranah psikomotor


a.       Ranah kognitif
1)      Mengenal
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
2)      Pemahaman
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
3)      Penerapan atau aplikasi
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrak tertentu.
4)      Analisis
Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang komplek atas konsep-konsep dasar.
5)      Sintesis
Apabila penyusunan soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyususn kembali hal-hal yang speksifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.
6)      Evaluasi
Mengadakan evaluasi dalam pengukuran aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek afektif. Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah benar/salah yang didasarkan asas dalil, hukum, prinsip pengetahuan.

b.      Ranah afektif
§  Pandangan atau pendapat
§  Sikap atau nilai

c.       Ranah psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya.
Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut.



1.      Gerak refleks
a.       Segmental reflexes
b.      Intersegmental refleks
c.       Suprasegmental refleks

2.      Dasar gerakkan-gerakkan
a.       Locomotor movement
b.      Nonlocomotor movements
c.       Manipulative movements

3.      Perceptual abilities
a.       Kinethetic discrimination
§  Body awareness
§  Body image
§  Body relationship to surrounding objects in space
b.      Visual discrimination
c.       Auditory discrimination
d.      Tactile discrimination
e.       Coordinated activities

4.      Physical abilities
a.       Ketahanan
b.      Kekuatan
c.       Flexibility
d.      Kecerdasan otak

5.      Skilled movements
a.       Simple adaptive skills
b.      Compound adaptive skills
c.       Complex adaptive skills




6.      Nondiscoursive communication
a.       Expressive movements
b.      Interpretive movements

3.      Taksonomi Hasil Belajar Bloom’s
Tujuan taksonomi yang menggunakan pendekatan psikologi, yakni pada dimensi psikologi apa yang berubah pada peserta didik. Taksonomi dikenal secara popular dengan taksonomi bloom’s karena nama pencetus ide ini adalah Benjamin S. Bloom membagi tujuan belajar ada 3 domain, yaitu:
1.      Cognitive domain
2.      Affective domain
3.      Psycho-motor domain
a)      Menyusun kisi-kisi soal
Menurut Sumadi Suryabrata, 1987;7, tujuan penyusunan kisi-kisi soal adalah merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan, dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif.
Dalam penyusunan kisi-kisi soal disusun dalam table analisis ganda, sekurang-kurangnya terdiri dari dua aspek, yaitu:
§  Aspek isi pengetahuan
§  Aspek tujuan pendidikan
Dalam kisi-kisi soal ini, dapat masukan pula tingkat kesukaran dan bentuk soal, dengan demikian, dalam satu kisi-kisi terdapat informasi tentang presentase soal yang memiliki tingkatan kesukaran tertentu, variasi penggunanan jenis soal, sesuai dengan kompetensi dan tingkat kesukaran.
b)      Memilih tipe soal
Dalam memilih soal, terdapat masalah yang mana masalah itu adalah pertimbangan apakah yang digunakan untuk memilih tipe soal tersebut untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
§  Kesesuaian antara tipe soal dengan materi pelajaran,
§  Kesesuaian antara tipe soal dengan tujuan evaluasi,
§  Kesesuaian antara tipe soal dengan scoring,
§  Kesesuaian antara tipe soal dengan pengolahan hasil evaluasi,

§  Kesesuaian anttara tipe soal dengan administrasi tes, yaitu penyelenggaraan dan pelaksanaan tes,
§  Kesesuaian antara tipe soal dengan dana dan kepastian.

c)      Merencanakan taraf kesukaran soal
Kesukaran soal itu hanya dapat diketahui bilamana soal tersebut seperti bentuk uraian, pemberian tugas karya tulis, sudah dapat diperhitungkan tingkat kesukarannya.
Faktor yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan tingkat kesukaran butir soal adalah acuan yang digunakan oleh pendidik untuk menentukan keberhasilan belajar/evaluasi. Bila mana pendidik menggunakan acuan patokan, maka tingkat kesukaran soal hendaknya dibuat dalam radius disekitar daerah rata-rata.

d)     Merencanakan banyak sedikitnya soal
Dalam merencanakan banyak sedikitnya soal dalam tes, beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Hubungan banyak sedikitnya soal dengan realibilitas tes.
b.      Hubungan banyak sedikitnya soal dengan waktu tes.
c.       Hubungan banyak sedikitnya soal dengan bobot keseluruhan bagian.
d.      Hubungan banyak sedikitnya soal dengan uji coba suatu tes.

e)      Merencanakan jadwal penerbitan soal
Dalam mempersiapkan suatu tes, perlu diperhatikan waktu untuk menggandakan soal, apabila jika lembaga pendidikan belum memiliki profisional untuk keperluan ini dan tidak memiliki alat-alat modern, seperti mesin cetak yang mampu bekerja secara optimal dalam waktu singkat dapat menggandakan soal dalam jumlah yang besar.









Daftar Pustaka

1.      Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, dasar-dasar evaluasi pendidikan,  PT bumi aksara, jakarta

2.      Wahab as Sambasi, evaluasi pendidikan, STAIN Pontianak Press, pontianak 2011

No comments:

Post a Comment