TUGAS KELOMPOK 1
“
TENTANG TAKSONOMI ”
DOSEN : SUHERDIANTO, M.PD
MATA KULIAH : EVALUASI PENGAJARA PKN
DISUSUN
OLEH :
1.
ARIE
SUMAWAN (211000043)
2.
AFRA (211000120)
3.
ANDRIANUS (211000099)
PRODI : P P K N
KELAS : A SORE
SEMESTER : 5 (GANJIL)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) PONTIANAK
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat ALLAH YANG MAHA ESA, karena hanya dengan karuniaNya lah tugas
kelompok kami yang membahas masalah tentang TAKSONOMI, ini dapat diselesaikan.
Dibuat resume ini
disamping bertujuan untuk memperkaya dan memperdalam wawasan mahasiswa tetang
suatu evaluasi pengajaran, juga di maksudkan untuk memperkaya bahan bacaan bidang
manajemen khususnya letak taksonomi dalam pendidikan. Resume ini terdiri dari 3
bagian pembahasan yaitu : arti dan letak taksonomi dalam pendidikan, taksonomi
bloom, taksonomi hasil belajar bloom’s.
Sebagian spesifikasi taksonomi dalam
pendidikan, telah diupayakan agar isi pesan resume ini dapat memenuhi harapan
para pembaca. Namun sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa raseme ini
tidak luput dari segala kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu saran dan kritik
yang konstruktif akan diterima dengan tangan terbuka.
PONTIANAK, OKTOBER 2012
PENYUSUN,
PENULIS
TAKSONOMI
1. Arti dan Letak Taksonomi dalam
Pendidikan
Sejak
lahirnya kurikulum PPSP (proyek perintis sekolah pembangunan) yang kemudian
disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran pada
para guru bahwa tujuan pembelajaran harus drumuskan sebelum proses
belajar-mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para
siswa.
Kesadaran
seperti itu diharapkan dapat mendarah daging, seperti halnya jika orng mau
pergi kesuatu tempat sudah mempunyai bayangan letak tempat tersebut sehingga
dengan mudah menentukan jalan mana yang harus di lalui.
Kepentingan
hubungan antara kegiatan belajar mengajar dengan tujuan, oleh seorang ahli
bernama Scriven (1967) dikemukakan
bahwa harus ada hubungan erat antara:
1)
Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran
2)
Bahan pelajaran dengan alat-alat
evaluasi
3)
Tujuan kurikulum dengan alat-alat
evaluasi
Tujuan
yng di maksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel (1963) berpendapat bahwa
jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak dapat di ukur
maka tujuan itu harus di ubah. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga
tingkatan. Pertama, tujuan umum pendidikan. Tujuan ini menentukan perlu dan tidaknya suatu program diadakan.
Kedua, tujuan didasarkan atas tingkah laku. Banyak usaha telah dilakukan untuk
mencari metode yang dapat digunakan untuk menganalisis atau mengklasifikasikan
sebuah pandangan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan sehari-hari. Yang
dimaksud adalah hasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Inilah yang
dimaksud dengan taksonomi. Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang
dirumuskan secara oprasional.
Dalam
pelaksanaan pendidikan disekolah, ketiga tujuan ini harus ada. Tetapi
prakteknya memang sulit karena dalam beberapa hal, penafsirannya lalu menjadi
subjektif. Kesulitan lain adalah bahwa sulit untuk menjabarkan tujuan umum ini
menjadi tujuan yang lebih terperinci.
Beberapa
ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebutkan ketiga tingkatan
tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere disimpulkan bahwa ada 3
tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:
a.
Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan.
b.
Taksonomi.
c.
Tujuan operasional.
2. Taksonomi Bloom
Bloom
dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang
melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang
ini ada 4 buah, yaitu:
a.
Prinsip metodologis
Perbedaan-perbedaan
yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.
b.
Prinsip psikologis
Taksonomi
hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.
c.
Prinsip logis
Taksonomi
hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.
d.
Prinsip tujuan
Tingkatan-tingkatan
tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.
Atas
dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tangkatan yang
menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah
daripada menarik kesimpulan. Atau menghafal, lebih mudah daripada memberi
pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dengan
proses belajar mengajar.
Secara
garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada
3 tingkatan:
1)
Kategori tingkah laku yang masih verbal.
2)
Perluasan kategori menjadi sederetan
tujuan.
3)
Tingkah laku konkret yang terdiri
tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.
Ada
3 ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke 2 yang selanjutnya
disebut taksonomi yaitu:
§ Ranah
kognitif
§ Ranah
afektif
§ Ranah
psikomotor
a.
Ranah kognitif
1) Mengenal
Dalam pengenalan siswa diminta untuk
memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
2) Pemahaman
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau
konsep.
3) Penerapan
atau aplikasi
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa
dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrak
tertentu.
4) Analisis
Dalam tugas analisis ini siswa diminta
untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang komplek atas konsep-konsep
dasar.
5) Sintesis
Apabila penyusunan soal tes bermaksud
meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian
rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyususn kembali hal-hal
yang speksifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.
6) Evaluasi
Mengadakan evaluasi dalam pengukuran
aspek kognitif ini tidak sama dengan mengevaluasi dalam pengukuran aspek
afektif. Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah benar/salah
yang didasarkan asas dalil, hukum, prinsip pengetahuan.
b.
Ranah afektif
§ Pandangan
atau pendapat
§ Sikap
atau nilai
c.
Ranah psikomotor
Ranah
psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya
tubuh atau bagian-bagiannya.
Garis
besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut.
1.
Gerak refleks
a. Segmental
reflexes
b. Intersegmental
refleks
c. Suprasegmental
refleks
2.
Dasar gerakkan-gerakkan
a. Locomotor
movement
b. Nonlocomotor
movements
c. Manipulative
movements
3.
Perceptual abilities
a. Kinethetic
discrimination
§ Body
awareness
§ Body
image
§ Body
relationship to surrounding objects in space
b. Visual
discrimination
c. Auditory
discrimination
d. Tactile
discrimination
e. Coordinated
activities
4.
Physical abilities
a. Ketahanan
b. Kekuatan
c. Flexibility
d. Kecerdasan
otak
5.
Skilled movements
a. Simple
adaptive skills
b. Compound
adaptive skills
c. Complex
adaptive skills
6.
Nondiscoursive communication
a. Expressive
movements
b. Interpretive
movements
3. Taksonomi Hasil Belajar Bloom’s
Tujuan
taksonomi yang menggunakan pendekatan psikologi, yakni pada dimensi psikologi
apa yang berubah pada peserta didik. Taksonomi dikenal secara popular dengan taksonomi
bloom’s karena nama pencetus ide ini adalah Benjamin S. Bloom membagi tujuan
belajar ada 3 domain, yaitu:
1. Cognitive
domain
2. Affective
domain
3. Psycho-motor
domain
a)
Menyusun kisi-kisi soal
Menurut
Sumadi Suryabrata, 1987;7, tujuan penyusunan kisi-kisi soal adalah merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup, tekanan, dan bagian-bagian tes sehingga
perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif.
Dalam
penyusunan kisi-kisi soal disusun dalam table analisis ganda,
sekurang-kurangnya terdiri dari dua aspek, yaitu:
§ Aspek
isi pengetahuan
§ Aspek
tujuan pendidikan
Dalam
kisi-kisi soal ini, dapat masukan pula tingkat kesukaran dan bentuk soal,
dengan demikian, dalam satu kisi-kisi terdapat informasi tentang presentase
soal yang memiliki tingkatan kesukaran tertentu, variasi penggunanan jenis
soal, sesuai dengan kompetensi dan tingkat kesukaran.
b)
Memilih tipe soal
Dalam
memilih soal, terdapat masalah yang mana masalah itu adalah pertimbangan apakah
yang digunakan untuk memilih tipe soal tersebut untuk itu ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yakni:
§ Kesesuaian
antara tipe soal dengan materi pelajaran,
§ Kesesuaian
antara tipe soal dengan tujuan evaluasi,
§ Kesesuaian
antara tipe soal dengan scoring,
§ Kesesuaian
antara tipe soal dengan pengolahan hasil evaluasi,
§ Kesesuaian
anttara tipe soal dengan administrasi tes, yaitu penyelenggaraan dan
pelaksanaan tes,
§ Kesesuaian
antara tipe soal dengan dana dan kepastian.
c)
Merencanakan taraf kesukaran soal
Kesukaran
soal itu hanya dapat diketahui bilamana soal tersebut seperti bentuk uraian,
pemberian tugas karya tulis, sudah dapat diperhitungkan tingkat kesukarannya.
Faktor
yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan tingkat kesukaran butir soal adalah
acuan yang digunakan oleh pendidik untuk menentukan keberhasilan belajar/evaluasi.
Bila mana pendidik menggunakan acuan patokan, maka tingkat kesukaran soal
hendaknya dibuat dalam radius disekitar daerah rata-rata.
d)
Merencanakan banyak sedikitnya soal
Dalam
merencanakan banyak sedikitnya soal dalam tes, beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
a. Hubungan
banyak sedikitnya soal dengan realibilitas tes.
b. Hubungan
banyak sedikitnya soal dengan waktu tes.
c. Hubungan
banyak sedikitnya soal dengan bobot keseluruhan bagian.
d. Hubungan
banyak sedikitnya soal dengan uji coba suatu tes.
e)
Merencanakan jadwal penerbitan soal
Dalam
mempersiapkan suatu tes, perlu diperhatikan waktu untuk menggandakan soal,
apabila jika lembaga pendidikan belum memiliki profisional untuk keperluan ini
dan tidak memiliki alat-alat modern, seperti mesin cetak yang mampu bekerja
secara optimal dalam waktu singkat dapat menggandakan soal dalam jumlah yang
besar.
Daftar Pustaka
1. Prof.
Dr. Suharsimi Arikunto, dasar-dasar evaluasi pendidikan, PT bumi aksara, jakarta
2. Wahab
as Sambasi, evaluasi pendidikan, STAIN Pontianak Press, pontianak 2011
No comments:
Post a Comment