BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai suatu tahap dalam pembentukan
kepribadian manusia dalam proses mencari jati diri. Posisi generasi muda dalam
masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa, masa depan suatu
bangsa ini terletak pada generasi mudanya sebab merekalah yang nantinya
menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa. Suatu harapan yang
sangat besar terhadap generasi muda ini.
Pada sisi lain hal itu menimbulkan suatu tanggung
jawab yang sangat besar yang harus dipikul oleh generasi muda . Artinya
generasi muda harus menjadi sosok yang mampu memenuhi harapan tersebut. Oleh
karena itu, hal-hal yang menghambat kemajuan harus diganti dengan hal-hal baru
sesuai dengan tuntunan dan perkembangan masyarakat, yaitu dengan dibekali ilmu
pengetahuan dan pengarahan tentang pengembangan generasi muda menuju kepada
penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja . Salah satu cara dalam
memperoleh bekal pengetahuan tersebut dapat melalui pendidikan baik formal
maupun nonformal baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Dengan
bekal seperti itu setiap pemuda Indonesia akan semakin bernilai dalam proses
pembangunan. Dan makin membenarkan arti serta makna “ Pemuda adalah Harapan
Bangsa”.
Generasi muda atau pemuda diaktakan sebagai tulang
punggung negara. sering kali dikatakan oleh kebanyakan orang nasib bangsa akan
ditentukan oleh generasi mudanya. oleh karena itu wancana-wancana mengenai
nasionalisme maupun wawasan kebangsaan menjadi sangat penting untuk memajukan
generasi muda agar lebih berkualitas.
B. Masalah
dan Sub Masalah
Adapun
masalah yang akan dipaparkan dalam penulisan ini adalah “bagaimanakah sejarah pergerakan
dan perjuangan generasi muda?”
Agar masalah tidak terlalu
luas, maka penulis membaginya ke dalam beberapa Sub masalah, yaitu:
1.
Bagaimanakah sejarah ringkas pergerakan kaum muda di zaman belanda?
2.
Bagaimanakah sejarah ringkas pergerakan kaum muda di zaman soekarno (orde
lama)?
3.
Bagaimanakah sejarah ringkas pergerakan kaum muda di zaman soeharto (orde
baru)?
4.
Bagaimanakah sejarah ringkas pergerakan kaum muda paska reformasi?
C. Tujuan
Penulisan
Sesuai dengan perumusan
masalah dan sub masalah di atas, maka penulis menentukan tujuan penulisan ini,
yaitu:
1.
Mengetahui tentang sejarah ringkas pergerakan kaum muda di zaman belanda.
2.
Mengetahui tentang sejarah ringkas pergerakan kaum muda di zaman soekarno (orde lama).
3.
Mengetahui tentang sejarah ringkas pergerakan kaum
muda paska reformasi.
D. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat
penulisan ini, yaitu:
1.
Bagi penulis
Dapat menemukan sejarah pergerakan dan perjuangan generasi muda.
2.
Bagi pembaca
Memberikan informasi mengenai sejrah pergerakan dan perjuangan generasi muda.
BAB II
SEJARAH PERGERAKAN DAN PERJUANGAN GENERASI MUDA
SEJARAH PERGERAKAN DAN PERJUANGAN GENERASI MUDA
Dalam
sejarah perjuangan bangsa, kepeloporan pemuda selalu tampil sebagai kekuatan
penentu. Mereka adalah kelompok intelektual yang karena usia dan tingkat
perkembangannya, memiliki idealisme yang tinggi, semangat pengabdian tanpa
pamrih, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa. Meskipun berasal dari latar
belakang sosial, budaya, organisasi, bahkan ideologi yang berbeda, namun karena
persamaan nasib sebagai bangsa yang dijajah, mereka menyatukan diri sebagai
satu bangsa dan dalam kesatuan itu mereka berjuang bersama-sama melawan
penjajah.
Upaya pembentukan
bangsa Indonesia sebagai nation telah dirintis oleh para pemuda pada
awal abad ke-20, yaitu menumbuhkan kesadaran nasional di kalangan rakyat
melalui organisasi-organisasi pergerakan nasional. Pergerakan nasional
merupakan alternatif baru perjuangan untuk menghapuskan penjajahan setelah cara
lama yaitu perjuangan bersenjata, mengalami kegagalan. Kevakuman dalam
kepemimpinan perjuangan setelah para raja dan bangsawan berhasil dipaksa oleh
Belanda menandatangani korte verklaring, diisi oleh
para pemuda. Sebagai golongan terpelajar, mereka belajar dari sejarah.
Kegagalan perjuangan masa lalu memberi pelajaran para mereka, bahwa perlawanan
yang terpisah-pisah dan hanya bertumpu pada kharisma pemimpin tidak mungkin
berhasil mengalahkan penjajah. Karena itu dicari taktik yang sepadan dengan
taktik yang dipakai penjajah. Karena Belanda berhasil menanamkan kekuasaannya
dengan taktik memecah belah, maka untuk melawannya harus dipergunakan taktik
persatuan. Untuk itu rasa persatuan perlu ditanamkan dengan menyadarkan rakyat
bahwa mereka itu memiliki persamaan nasib sebagai bangsa terjajah. Sebagai
wadah, dipergunakan organisasi modern, melalui mana kesadaran sebagai satu
bangsa ditanamkan secara berangsur-angsur.
Para
pemudalah yang mempelopori bangkitnya pergerakan nasional. Buktinya,
organisasi-organisasi yang dapat dikatakan pelopor pergerakan nasional semuanya
didirikan oleh pemuda. Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islan (SDI)
pada tanggal 16 Oktober 1905 ketika ia baru berusia 27 tahun. Ia lahir pada
tahun 1878. Sutomo baru berusia 20 tahun (lahir 30 Juli 1888) ketika mendirikan
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal
dengan nama Ki Hajar Dewantara baru berusia 20 tahun ketika mendirikan Indische
Partij pada tahun 1912 bersama-sama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.
Tokoh-tokoh
lain pun mulai aktif dalam pergerakan nasional pada usia yang masih muda.
Muhammad Hatta mulai memimpin Perhimpunan Indonesia ketika usianya baru
mencapai 21 tahun. Ketika menghadiri sidang Liga Anti Kolonialisme di Paris,
usianya baru 23 tahun. Agus Salim dan Cokroaminoto mulai aktif memimpin Sarekat
Islam pada umur 22 tahun. Soekarno tampil sebagai tokoh pergerakan nasional
pada umur 22 tahun dan menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) pada usia
26 tahun. Muhammad Yamin ketika ikut merumuskan Sumpah Pemuda di tahun 1928,
umurnya baru 22 tahun. Ia mulai aktif dalam Jong Sumatranen Bond pada usia 19
tahun.
Dari uraian
di atas, ingin ditampilkan peranan pemuda dalam sejarah pembentukan bangsa
Indonesia sebagai nation. Merekalah yang pertama menemukan konsep
persatuan sebagai satu bangsa, pada awal abad ke-20. Peristiwa itu dapat disebut
sebagai lahirnya bangsa Indonesia dalam bentuk idea. Dengan Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928, bangsa Indonesia tidak lagi berupa idea, melainkan telah menjelma
menjadi konsep, karena telah memiliki batasan yang jelas. Konsep bangsa
Indonesia menjadi aktual dengan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Proklamasi kemerdekaan merupakan saat lahirnya bangsa Indonesia secara
aktual, juga karena peranan pemuda yang waktu itu bergabung dalam berbagai
kelompok, seperti kelompok pelajar, kelompok Peta, kelompok mahasiswa maupun
kelompok pemuda lainnya.
Kepelopran
pemuda juga merupakan kekuatan yang menentukan dalam perjuangan mempertahankan
eksistensi bangsa Indonesia, terhadap rongrongan dari luar seperti pada periode
Perang Kemerdekaan, dan rongrongan dari dalam seperti G 30 S/PKI tahun 1965.
A.
Sejarah Ringkas Pergerakan Kaum Muda di Zaman Belanda.
Setelah berpuluh-puluh tahun bahkan beratus tahun kaum
muda negeri ini membaca sejarah yang terbentang di tanah airnya sendiri
(1 akhirnya merekapun berpikir: bahwa kekalahan-demi kekalahan ini
bermula dari terkotak-kotaknya bangsa Melayu Hindia Belanda (Indonesia) dalam
kotak bangsa-bangsa, atau jika dilihat dalam satu kesatuan Hindia Belanda,
terkotak dalam suku-suku.”Pertempuran yang sendirian, memberikan efek
sementara dan semata-mata hanya menghasilkan sensasi yang tidak bertahan lama”(2.
, tulis Lenin. Ternyata bangsa Nusantara ini adalah satu
bangsa besar. Namun munculnya kesadaran akan satunya bangsa besar ini terbetik
dari banyak kesadaran yang walaupun terlambat, tidak mengurangi nilai
perjuangan itu. Salah satunya tergambar dari keinginan RA Kartini,
seorang gadis bangsawan Jawa dari Jepara, yang memperoleh beasiswa untuk
sekolah di Belanda. Tetapi karena pandangan keluarga Jawa (keluarga RA Kartini)
yang sempit dan memandang rendah anak perempuan, keinginan Kartini ingin
melanjutkan sekolah dengan beasiswa itu ingin diberikannya. seorang pemuda dari
Sumatera yang bernama Agus Salim yang menjadi juara I di sekolah HBS di Jakarta
tahun 1903. Salim ingin melanjutkan sekolah ke fakultas kedokteran di negeri
Belanda. Tetapi karena orang tua Salim hanya mempunyai gaji
sebulan hanya 150 gulden, sedangkan biaya sekolah Salim selama menjadi
mahasiswa menghabiskan biaya 4800 gulden. Dalam suratnya RA Kartini yang gagal
melanjutkan sekolah, tetapi mendapat anugerah beasiswa menulis surat kepada
Nyonya Abendanon,(sahabat pena dan gurunya) tanggal 24 Juli 1903, agar beasiswa
yang diperuntukkan kepadanya dialihkan kepada Agus Salim, seoranng pemuda cerdas
dari Sumatera. Tetapi sampai dua tahun masalah itu tak menemukan akhir yang
jelas. Akhirnya Snouck Hurgronje menawarkan kepada Salim untuk menjadi
Kepala Konsulat Hindia Belanda di Jedah tahun 1906.(3. Rasa persaudaraan
yang tinggi dari kalangan intelektual dan kaum terpelajar Indonesia waktu itu,
mampu mendorong rasa saling membantu di antara mereka. Sifat gotongroyong dan
jiwa persatuan ini kemudian berkembang dengan lahirnya berbagai organisasi
kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes di samping
lahir pula Jong Islamiten Bond dlsb. Di samping organisasi
pemuda dan mahasiswa tersebut, lahir pula organisasi-organisasi yang bersifat
politik dan social(kemasyarakatan) yang bernama Sarekat Islam, Partai Komunis
Hindia Belanda, ada juga organisasi lain seperti ISDP (Indische Sociaal
Democratische Partij, Theosofische Vereeniging (Perkumpulan Teosofi) dan
Nederland Indische Virijninningen Bond (NIVB) dimana Salim pernah memasuki
organisasi itu sebelumnya (4. Sarekat Islam atau yang kemudian menjadi PSII
(Partai Sarikat Islam Indonesia) lahir dari seorang ulama di Jawa Timur, yang
bernama Cokroaminoto. Ia menjadi guru bangsa yang mendidik banyak tokoh
kemerdekaan seperti Soekarno yang kemudian menjadi presiden pertama Republik Indonesia.
Kemampuan para pemuda Indonesia berpikir dan membuat konsep saat itu,
melahirkan “Sumpah Pemuda” pada bulan Oktober 1928, adalah satu prestasi besar
dan sangat gemilang yang dicapai generasi muda saat itu. (5. Pada saat yang sama di
Rusia tengah terjadi pergolakan kaum muda yang dipelopori mahasiswa di
Moskow dan St Petersburg.Di Rusia pergolakan mahasiswa terjadi menjelang tahun
1900 guna menumbangkan kekuasaan Tsar Rusia yang berkuasa sangat otoriter.
Mahasiswa memakai slogan “raznochinets” yang berarti demokrasi yang bukan hanya
berkonotasi politik, tetapi juga mengarah ke pengertian ekonomi dan budaya.
Dengan semboyan ini pada1901-1902 para mahasiswa meninggalkan rumus-rumus
universitas dan turun ke jalan, mereka memakai idiom-idiom yang biasa digunakan
para politikus dalam membungkam lawan politik mereka menentang Tsar di Rusia.
Mahasiswa Indonesia menyaksikan dengan mendengar radio pergolakan mahasiswa di
Rusia itu, dan mereka bangkit melawan penjajah Belanda untuk menuntut
kemerdekaan. Jika ditelusuri lebih dalam “Sumpah Pemuda” adalah cikal bakal
lahirnya kata merdeka atau dalam bahasa Rusia “Raznochinets” adalah
padanan kata demokrasi yang mengandung makna merdeka (terlepas dari kungkungan,
penjajahan dan pengawasan) orang lain.
B.
Sejarah
Ringkas Pergerakan Kaum Muda di Zaman Soekarno (Orde Lama).
Di zaman Soekarno, setelah kemerdekaan, bangsa kita
mendapat durian runtuh dengan serangan Belanda dalam argesi I 1947 dan agresi
ke II 1949, dimana seluruh rakyat dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) bahu
membahu dan bersatu padu dalam mempertahankan kemerdekaan RI. (6 , patut
disimak bahwa dalam masa-masa menjelang kemderkaan, perjuangan kaum muda dengan
mahasiswa sebagai obor penerang utamanya, mampu melahirkan konsep-konsep yang
begitu berilian dengan melahirkan Pancasila sebagai simbol pemersatu bangsa,
kemudian penyusunan UUD 1945 sebagai landasan bernegara dan
dasar hukumnya.
Akan tetapi berkah “durian runtuh” itu kemudian remuk dan hancur berkeping-kepeing ketika persoalan agresi Belanda telah selesai, Pemilu pertama yang diadakan pertamakalinya tahun 1955 dengan prestasi “Pemilu” paling jujur dan paling elegan dan jentelman selama Indonesia merdeka (sampai hari ini)(7 tiada artinya ketika kekuasaan Soekarno semakin absolut. Soekarno melarang mendengar musik Barat yang digambarkan sebagai music ngak-ngik-ngok, Soekarno tak membplehkan ber cas-cis-cus berbahasa asing. Siaran radio luar negeri tidak didengar, film Amerika tidak ditonton dan setiap warga Negara Indonesia dilarang bergaul akrab dengan orang asing. Dan yang paling tragis adalah tidak boleh berbeda pendapat dengan pemerintah yang mengingatkan rakyat kembali ke dalam penjara ketidakkebebasan seperti di zaman kolonial. Maka penolakan terhadap Soekarno pun terjadi di akhir-akhir masa kekuasaannya, karena pada awalnya mahasiswa (kaum muda) belum pernah menghadapi perlawanan (pembangkangan) terhadap penguasanya sendiri di era Indonesia merdeka. Pada tahun 1960 terjadi pergolakan mahasiswa di Korea Selatan, presiden Syngman Rhee didemo oleh mahasiswa, karena kecurangan dalam Pemilu, pada 26 April 1960, Syngman Rhee dituntut mundur dari jabatan presiden. Akan tetapi tuntutan mahasiswa dibalas oleh tembakan militer secara membabi buta dari istana Syngman Rhee.Setelah penembakan itu, mahasiswa semakin berani dan menduduki istana presiden yang ketika itu dijuluki “Blue House”. Syngman Rhee akhirnya jatuh dan diungsikan oleh pasukan Amerika dan menerima suaka dari negara superpower tersebut. Selama memerintah, sebagai diungkapoleh King Yong Kap, Deputy Menteri Keuangan Korea Selatan mengatakan: “Selama memerinah Rhee telah menggelapkan uang pemerintah sebanyak $ 20 juta. Sementara Rhee jatuh, di Jakarta(khususnya) dan Indonesia umumnya, terjadi krisis kaum intelektual. Krisis ini dihasilkan oleh Demokrasi Terpimpin.Untuk membungkam kritik, terhadap pemerintah, maka pers pun dibungkam, suara kaum intelektual dan tokoh-tokoh politik keras dipenjara. Setiap perkumpulan dan pertemuan ilmiah diawasi oleh intel dan tentara.(8. Enam tahun setelah kejatuhan Rhee di Korea Selatan, Soekarno pun menghadapi tuntutan yang sama, munculnya gerakan massal mahasiswa dengan tuntutan TRITURA 10 januari 1966, di tengah hancurnya ekonomi Orde Lama akibat korupsi, hanya beberapa bulan setelah terjadinya kudeta PKI yang gagal 30 September 1965, telah mengakhiri kekuasaan Soekarno yang otoriter. Mewngikuti jejak kekuasaan Tsar Rusia di bulan Oktober 1917, dan presiden Korea Selatan Syngman Rhee April 1960.
Akan tetapi berkah “durian runtuh” itu kemudian remuk dan hancur berkeping-kepeing ketika persoalan agresi Belanda telah selesai, Pemilu pertama yang diadakan pertamakalinya tahun 1955 dengan prestasi “Pemilu” paling jujur dan paling elegan dan jentelman selama Indonesia merdeka (sampai hari ini)(7 tiada artinya ketika kekuasaan Soekarno semakin absolut. Soekarno melarang mendengar musik Barat yang digambarkan sebagai music ngak-ngik-ngok, Soekarno tak membplehkan ber cas-cis-cus berbahasa asing. Siaran radio luar negeri tidak didengar, film Amerika tidak ditonton dan setiap warga Negara Indonesia dilarang bergaul akrab dengan orang asing. Dan yang paling tragis adalah tidak boleh berbeda pendapat dengan pemerintah yang mengingatkan rakyat kembali ke dalam penjara ketidakkebebasan seperti di zaman kolonial. Maka penolakan terhadap Soekarno pun terjadi di akhir-akhir masa kekuasaannya, karena pada awalnya mahasiswa (kaum muda) belum pernah menghadapi perlawanan (pembangkangan) terhadap penguasanya sendiri di era Indonesia merdeka. Pada tahun 1960 terjadi pergolakan mahasiswa di Korea Selatan, presiden Syngman Rhee didemo oleh mahasiswa, karena kecurangan dalam Pemilu, pada 26 April 1960, Syngman Rhee dituntut mundur dari jabatan presiden. Akan tetapi tuntutan mahasiswa dibalas oleh tembakan militer secara membabi buta dari istana Syngman Rhee.Setelah penembakan itu, mahasiswa semakin berani dan menduduki istana presiden yang ketika itu dijuluki “Blue House”. Syngman Rhee akhirnya jatuh dan diungsikan oleh pasukan Amerika dan menerima suaka dari negara superpower tersebut. Selama memerintah, sebagai diungkapoleh King Yong Kap, Deputy Menteri Keuangan Korea Selatan mengatakan: “Selama memerinah Rhee telah menggelapkan uang pemerintah sebanyak $ 20 juta. Sementara Rhee jatuh, di Jakarta(khususnya) dan Indonesia umumnya, terjadi krisis kaum intelektual. Krisis ini dihasilkan oleh Demokrasi Terpimpin.Untuk membungkam kritik, terhadap pemerintah, maka pers pun dibungkam, suara kaum intelektual dan tokoh-tokoh politik keras dipenjara. Setiap perkumpulan dan pertemuan ilmiah diawasi oleh intel dan tentara.(8. Enam tahun setelah kejatuhan Rhee di Korea Selatan, Soekarno pun menghadapi tuntutan yang sama, munculnya gerakan massal mahasiswa dengan tuntutan TRITURA 10 januari 1966, di tengah hancurnya ekonomi Orde Lama akibat korupsi, hanya beberapa bulan setelah terjadinya kudeta PKI yang gagal 30 September 1965, telah mengakhiri kekuasaan Soekarno yang otoriter. Mewngikuti jejak kekuasaan Tsar Rusia di bulan Oktober 1917, dan presiden Korea Selatan Syngman Rhee April 1960.
C.
Sejarah
Ringkas Pergerakan Kaum Muda di Zaman Soeharto (Orde Baru).
Dikira situasi politik di tahun 1966 setelah tumbangnya
Soekarno, akan lebih baik dan rakyat akan memperoleh perhatian dari penguasa.
Kenyataannya sama saja dibanding Orde Lama. Kondisi ekonomi secara nasional
memang jauh lebih baik dibanding pada masa pemerintahan Soekarno. Hanya saja,
terjadi ketimpangan-ketimpangan sosial dan munculnya kaum miskin baru perkotaan
maupun pedesaan. Maka akibat investor masuk (terutama Jepang) dengan bantuannya
yang mengikat,(9 gerakan MALARI pecah pada tanggal 15 Januari 1974.
Perdana Menteri Jepang saat itu, Kakuei Tanaka
dilarikan dengan pesawat Helikopter dari Halim Perdana Kusuma ke istana Negara
dan begitu pula sebaliknya, hanya untuk bertemu dengan presiden Soeharto. Akan
tetapi gerakan Malari, hanyalah sebuah rekayasa dari penguasa yang sengaja
menciptakan gerakan tersebut untuk mencari kambing hitam atau memancing reaksi
mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru yang baru beberapa tahun berdiri.
Harian Indonesia Raya Harian Pedoman dan beberapa media lain dibreidel, dan
Pemrednya Mochtar Lubis, Mahbub Junaidi dijebloskan ke
penjara.
Tahun 1988, terjadi penyempurnaan tekanan gerakan mahasiswa dimana Orde Baru lewat menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Dr.Daoed Joesoef memberlakukan NKK/BKK., yang pada intinya bahwa mahasiswa diharamkan berpoilitik. Setiap mahasiswa diwajibkan memiliki IP minimal 3.00 atau lebih. Keadaan ini membuat para mahasiswa semakin gerah, karena gerakan mereka seakan dibatasi dan dipaksa untuk suntuk (fokus) ke mata kuliah di kampus Suara-suara pers dan tokoh yang mengeritik pemerintah dibungkam. Maka terjadilah pencabutan SIUPP berbagai media pers seperti Majalah Tempo, Detik, Prioritas, Sinar Harapan, dlsb. Menjelang tahun 1990 terjadi pula kekerasan yang lain, yaitu dipaksanya ormas-ormas baik masyarakat, politik dan mahasiswa untuk menganut “azas Tunggal” yaitu Aazas Pancasila. Yang menyimpang dari itu diintimidasi dan disingkirkan bahkan terjadi aksi kekerasan terhadap ormas-ormas yang masih mencoba membangkang (mbalelo) terhadap pemerintah. Salah satunya adalah peristiwa penyerangan terhadap kantor PDIP pada 27 Juli 1996. Hanya beberapa tahun kemudian terjadilah krisis ekonomi, tepatnya pada awal 1997 dan memburuk sampai akhir tahun. Di awal tahun 1998, mahasiswa semakin resah dan berani mengadakan demonstrasi ke berbagai pusat kekuasaan, seperti gedung DPR dan istana Negara. Sampai akhirnya terjadi penembakan empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998, sewaktu presiden Soeharto berada di Kairo Mesir menghadiri KTT Perubahan Iklim. Penembakan mahasiswa Trisakti itu, ternyata juga sama dengan peristiwa tumbangnya presiden Syngman Rhee di Korea Selatan, yang hanya beberapa hari setelah penembakan mahasiswa, istana presiden Korea langsung dfiserbu. Di Jakarta, gedung DPR sebagai pusat suara rakyat yang diwakili oleh legislatif, diduduki, sehingga mengganggu fungsi salah satu pusat pemerintahan. Suara-suara mundur presiden Soeharto terus menggagung di seluruh kota-kota besar terutama gedung DPR/MPR yang diduduki para mahasiswa. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden dan kekuasaan diserahkan kepada wakil presiden BJ.Habibi. peristiwa kejatuhan Soeharto di tahun 1998, boleh jadi sebuah demonstrasi yang tak kalah heroiknya dibanding tahun 1966.
Tahun 1988, terjadi penyempurnaan tekanan gerakan mahasiswa dimana Orde Baru lewat menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Dr.Daoed Joesoef memberlakukan NKK/BKK., yang pada intinya bahwa mahasiswa diharamkan berpoilitik. Setiap mahasiswa diwajibkan memiliki IP minimal 3.00 atau lebih. Keadaan ini membuat para mahasiswa semakin gerah, karena gerakan mereka seakan dibatasi dan dipaksa untuk suntuk (fokus) ke mata kuliah di kampus Suara-suara pers dan tokoh yang mengeritik pemerintah dibungkam. Maka terjadilah pencabutan SIUPP berbagai media pers seperti Majalah Tempo, Detik, Prioritas, Sinar Harapan, dlsb. Menjelang tahun 1990 terjadi pula kekerasan yang lain, yaitu dipaksanya ormas-ormas baik masyarakat, politik dan mahasiswa untuk menganut “azas Tunggal” yaitu Aazas Pancasila. Yang menyimpang dari itu diintimidasi dan disingkirkan bahkan terjadi aksi kekerasan terhadap ormas-ormas yang masih mencoba membangkang (mbalelo) terhadap pemerintah. Salah satunya adalah peristiwa penyerangan terhadap kantor PDIP pada 27 Juli 1996. Hanya beberapa tahun kemudian terjadilah krisis ekonomi, tepatnya pada awal 1997 dan memburuk sampai akhir tahun. Di awal tahun 1998, mahasiswa semakin resah dan berani mengadakan demonstrasi ke berbagai pusat kekuasaan, seperti gedung DPR dan istana Negara. Sampai akhirnya terjadi penembakan empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998, sewaktu presiden Soeharto berada di Kairo Mesir menghadiri KTT Perubahan Iklim. Penembakan mahasiswa Trisakti itu, ternyata juga sama dengan peristiwa tumbangnya presiden Syngman Rhee di Korea Selatan, yang hanya beberapa hari setelah penembakan mahasiswa, istana presiden Korea langsung dfiserbu. Di Jakarta, gedung DPR sebagai pusat suara rakyat yang diwakili oleh legislatif, diduduki, sehingga mengganggu fungsi salah satu pusat pemerintahan. Suara-suara mundur presiden Soeharto terus menggagung di seluruh kota-kota besar terutama gedung DPR/MPR yang diduduki para mahasiswa. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden dan kekuasaan diserahkan kepada wakil presiden BJ.Habibi. peristiwa kejatuhan Soeharto di tahun 1998, boleh jadi sebuah demonstrasi yang tak kalah heroiknya dibanding tahun 1966.
D.
Sejarah
Ringkas Pergerakan Kaum Muda Paska Reformasi
Mungkin tak jauh berbeda dengan gerakan sebelumnya, gerakan kaum
muda (mahasiswa) di tahun era Reformasi yang paling besar adalah ketika terjadi
demonstrasi semanggi I dan II dan tertembaknya puluhan mahasiswa. Kemudian
ditumbangkannya presiden Abdurrahman Wahid tahun 2002 dan
digantikan oleh wakil presiden Megawati. Tahun 2004 terjadi
Pemilu pertama setelah tiga presiden menjabat secara pendek dan singkat (BJ.Habibi,
Abdurrahman Wahid dan Megawati – Pemilu yang aman dan damai yang
dilangsungkan tahun 2004 ini dimenangkan oleh partai Demokrat, Pemilu kedua
yang dimenangkan pula oleh Demokrat tahun 2009. Akan tetapi Pemilu dua itu
telah membongkar kecurangan rezim SBY dan partai democrat dan
betapa korupnya rezim SBY serta partainya terbukti dari
banyaknya tokoh-tokoh partai Demokrat terlibat korupsi mulai dari kasus Bank
Century di awal kekuasaanya tahun 2004, kasus Wisma Atlet di Palembang, kasus
Hambalang di Bogor, rencana pembangunan gedung DPR yang baru dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya penulis menyimpulkan bahwa generasi muda
dalam masyarakat adalah sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa, masa depan
suatu bangsa ini terletak pada generasi mudanya sebab merekalah yang nantinya
menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa. Suatu harapan yang
sangat besar terhadap generasi muda ini.
B.
Sarana
Berdasarkan
pembahasan pada bab sebelumnya saran yang dapat penulis berikan yaitu Bangsa
Indonesia belum terjadi pemindahan kebudayaan dan pergantian masyarakat
kolonial ke masyarakat baru yang dicita-citakan Bapak Bangsa.? Mochtar Lubis
paling keras mengeritik bangsa ini dalam masalah pemindahan kebudayaan dan
masyarakat ini. Kita belum sepenuhnya pindah dari kebudayaan dan masyarakat
kolonial, ke masyarakat bebas dan merdeka. Menalitas terjajah yang ditandai
dengan kemalasan, betah bodoh (tidak mau belajar, egois, suka jalan pintas /
bajing loncat adalah sebagian kritik yang ditujukan Mochtar Lubis
kepada bangsa ini. Besar harapan
penulis agar kita sebagai mahasiswa (generasi muda) dapat
menjadikan negara ini lebih baik
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tulisannya lengkap sekali. Terimakasih
ReplyDeleteSangat menginspirasi saya untuk penulisan materi khutbah jumat generasi muda islam. Terimakasih.
ReplyDelete