PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik dapat kita tinjau dari empat sudut
pandang :
1.
Apa yang disebut bentuk
partisipasi politik?
2.
Berapa luas partisipasi politik
tersebut?
3.
Siapakah yang berpartisipasi?
4.
Mengapa mereka berpartisipasi?
1. BENTUK-BENTUK PARTISIPASI POLITIK
Ada sedikit kesulitan dalam penyajian
berbagai bentuk partisipasi politik, terlepas dari tipe sistem politik yang
bersangkutan, yaitu segera muncul dalam ingatan peranan para politisi
professional, para pemberi suara, akativis-aktivis partai dan para demonstran
pentingn untuk menempatkan posisi sebenarnya dari aktivitas politik dan melihat
apakah terdapat semacam hubungan hierarkis yang paling sederhana dan paling
berarti adalah hierarki yang didasarkan atas taraf atau luasnya partisipasi.
Hierarki yang dinyatakan pada gambar
dibawah dimaksudkan untuk mencakup seluruh jajaran partisipasi politik dan
untuk dapat diterapkan pada semua tipe sistem politik. Arti berbagai tingkat
ini tentunya mungkin berbeda dari satu sistem poltik dengan yang lain dan
tingkatan-tingkatan khusus menyebabkan akibat besar pada suatu sistem dan
akibat kecil atau tanpa mempunyai akibat apapun pada sistem lainnya.
Adalah penting juga untuk kita sadari
bahwa partisipasi politik pada satu tingkatan hierarki tidak merupakan
prasyarat bagi partisipasi pada suatu tingkat yang lebih tinggi, walaupun
mungkin hal ini berlaku bagi tipe-tipe partisipasi tertentu.
Pada tingkat hierarki terdapat orang-orang yang
menduduki berbagai macam jabatan dalam sistem politik, baik pemegang-pemegang
jabatan politik maupun anggota-anggota birokrasi pada berbagai tingkatan.
Mereka itu dibedakan dari parisipasi-partisipasi politik lainnya, dalam hal
bahwa pada berbagai taraf mereka berkepentingan dengan pelaksanaan kekuasaan
politik yang formal. Hal ini tidak menghapus pelaksanaan kekuasaan yang
sesungguhnya, maupun pelaksanaan pengaruh oleh individu-individu atau
kelompok-kelompok lain dalam sistem politik.
Dibawah para pemegang atau pencari
jabatan didalam sistem politik, terdapat mereka yang menjadi anggota berbagai
tipe organisasi politik. Hal ini mencakup semua tipe partai politik dan
kepentingan. Perbedaan dasar antara kedua kelompok politik terdapat pada
sikap-sikap mereka. Kelompok kepentingan adalah organisai yang berusaha
memajukan, mempertahankan atau mewakili sikap-sikap yang terbatas atau khas,
sementara partai politik berusaha untuk memajukan, mempertahankan atau mewakili
spectrum yang lebih luas dari sikap. Dalam beberapa hal tujuan dibatasi secara
khusus, penghapusan hukuman mati atau oposisi terhadap pembangunan suatu
lapangan udara dan kelompok kepentingan berhenti beroperasi begitu tujuan
tercapai.
Partai-partai politik seperti
kelompok kepentingan dapat menikmati dukungan yang menyebar atau yang khusus,
akan tetapi berbeda dengan kelompok kepentingan mereka yang lebih banyak
menampilkan sikap-sikap difus daripada sikap-sikap yang khusus. Beberapa partai
politik memiliki baris dukungan yang luas, sedang yang lainnya memiliki baris
dukungan yang sempit.
Partisipasi dalam partai politik dan
kelompok-kelompok kepentingan dapat mengambil bentuk yang aktif atau bentuk
yang pasif. Karena berbagai macam alasan, individu mungkin tidak termasuk dalam
suatu organisasi politik tetapi mereka dapat dibujuk untuk berpartisipasi dalam
suatu bentuk rapat umum atau demonstrasi. Bentuk partisipasi ini dapat spontan
sifatnya, akan tetapi jauh lebih besar kemungkinan partisipasi tersebut telah
diorganisir oleh partai-partai politik sebagai bagian dari kegiatan politik
mereka.
Kegiatan pemberian suara dapat
dianggap sebagai bentuk partisipasi politik aktif yang paling kecil, karena hal
itu menuntut suatu keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian suara
telah terlaksana. Dalam mempertimbangkan partisipasi politik, bagaimana pun
juga terbatasnya peristiwa tersebut harus pula ada perhatian terhadap mereka
yang tidak berpartisipasi sama sekali dalam proses politik. Apakah hal ini
disebabkan oleh pilihan atau karena faktor diluar kontrol individu, masih harus
di lihat, akan tetapi bagaimana pun juga individu sedemikian itu dapat
dinyatakan sebagai orang-orang apatis secara total.
Dengan berhati-hati dan sengaja telah
dikeluarkan dua hal dari hierarki, keasingan dan kekerasan. Hal ini disebabkan
Karena kedua-duanya tidak dapat dipertimbagkan didalam pengertian hierarkis.
Demikian juga kekerasan dapat memanifestasikan diri dalam berbagai tingkatan
pada suatu hierarki, tidak hanya dalam bentuk demonstrasi atau kerusuhan saja
akan tetapi juga melalui berbagai organisasi politik.
2. LUASNYA PARTISIPASI POLITIK
Dalam masyarakat primitif dimana
politik cenderung erat terintegrasi dengan kegiatan masyarakat pada umumnya,
partisipasi condong tinggi dan mungkin sulit untuk membedakannya dari kegiatan
yang lain. Adalah bermanfaat untuk mempertimbangkan partisipasi politik dalam
arti hierarkis, akan tetapi harus pula diingat beberapa tingkatan partisipasi
mungkin tidak terdapat dalam beberapa sistem politik. Tidak semua sistem
politik memiliki bentuk pemilihan, beberapa sistem sangat membatasi dan
melarang rapat-rapat umum serta demonstrasi, sedangkan lainnya melarang
pembentukan partai politik dan tipe lain dari organisasi politik atau non
politik
Tujuan voting mungkin untuk memilih (
secara langsung ataupun tidak langsung ) suatu pemerintahan atau berbagai
pejabat, atau anggota badan legislative menyetujui tidaknya mengenai usul-usul
tertentu dengan jalan referendum atau plebisit. Arti voting juga berbeda sesuai
dengan tujuan pemilihan. Faktor-faktor lain, seperti luasnya hak suara juga
dapat mempengaruhi pentingnya arti voting. Dalam beberapa sistem politik voting
dapat memainkan peranan yang sangat besar, seperti menentukan partai mana atau
orang mana yang akan memegang kekuasaaan politik untuk suatu masa tertentu.
Akan tetapi dalam sistem voting lain, voting mungkin merupakan peristiwa yang
sedikit lebih besar daripada suatu upacara ritual dengan orang-orang yang
berkuasa dan berusaha mendapatkan legitimasi bagi pemerintahannya. Akan tetapi
apapun juga tujuan voting tersebut sedikit meragukan kalau hal itu sangat
berbeda pada suatu sistem politik dengan sistem politik lainnya.
Keanggotaan partai politik memberikan
contoh yang berguna dari problema pertama. Maurice Duverger telah memperlihatkan
dengan jelas bagaimana partai politik dapat melandaskan diri pada beberapa tipe
keanggotaan. Adalah penting sekali untuk memperhitungkan lingkungan tertentu
yang mana berbagai organisasi harus bekerja. Betapa pun juga perlu untuk
memperhitungkan sampai mana keanggotaan organisasi sukarela bersifat aktif atau
pasif.
3. SIAPA YANG BERPARTISIPASI DAN MENGAPA
Sejauh ini kita hanya menyinggung
masalah apati, tetapi dalam menyelidiki sebab-sebab untuk berpartisipasi tidak
boleh tidak kita harus bertanya mengapa beberapa orang mengihindari semua
bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada tingkat yang paling
rendah saja. Semua ini menjadi semakin penting sehubungan dengan fakta bahwa
mereka yang benar-benar berpartisipasi dalam bnetuk yang paling banyak dalam
aktivitas politik, merupakan minoritas dari anggota masyarakat. Macam-macam
istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut serta dan mereka dilukiskan
secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis, alienasi dan anomi.
Sejauh ini partisipasi politik, sifat
yang paling penting dari seseorang yang paling apatis adalah kepasifannya atau
tidak adanya kegiatan politik namun demikian adalah penting untuk
dipertimbangkan, apakah apati harus dibatasi pada mereka yang menjauhkan diri
dari semua tipe partisipasi poltik, atau apakah istilah tersebut harus
diterapkan secara luas terhadap mereka yang menjauhkan diri dari partisipasi
yang aktif.
Morris Rosenberg, mengsugestikan tiga
alasan pokok untuk menerangkan apati politik. Kesimpulannya didasarkan pada satu
seri wawancara tidak berstruktur yang mendalam. Alasan pertama adalah
konsekwensi yang ditanggung dari aktivitas politik. Hal ini dapat mengambil
beberapa bentuk individu yang merasa bahwa aktivitas politik merupakan ancaman
terhadap berbagai aspek kehidupannya. Alasan Rosenberg kedua adalah individu
dapat menganggap aktivitas politik sebagai sia-sia saja. Sinisme, seperti
halnya apati meliputi kepasifan dan ketidak aktifan relatif, merupakan suatu
sikap yang dapat diterapkan baik pada aktivitas maupun ketidak aktifan. Robert
Agger dan rekanan mendefinisikan sinisme sebagai kecurigaan yang buruk dari
sifat manusia dan dengan bantuan suatu alat skala sikap yang dibuat untuk
mengukur derajat terhadap para responden mereka bersikap sinis, baik secara
pribadi maupun secara politis.
Maka sinisme merupakan perasaan yang
menghayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa kecurigaan, bahwa
pesimisme adalah lebih realistis daripada optimisme dan bahwa individu harus
memperhatikan kepentingan sendiri, karena masyarakat itu pada dasarnya bersifat
egosentris. Secara politisme menampilkan diri dalam berbagai cara. Seseorang
yang sinis luar biasa mungkin saja merasa bahwa partisipasi politik dalam
bentuk apapun juga adalah sia-sia dan tidak berguna, dengan demikian dia
mengikuti barisan orang yang apatis secara total. Akan tetapi bagi orang lain
sinisme mereka hanya membatasi partisipasi atau hanya dianggap sebagai
satu-satunya cara realistis untuk melihat persoalan. Karena itu sinisme tidak
dapat menghindari partisipasi pada semua tingkat hierarki, walaupun sinisme itu
mingkin memberikan suatu penjelasan mengenai non partisipasi oleh orang-orang
tertentu pada tingkat khusus.
Dalam setiap kasus, Templeton
menemukan bahwa apara responden yanmg memiliki score anomi tinggi memiliki
tingkat lebih rendah pada minat pengetahuan dan partisipasi polotik daripada
mereka dengan score anomi rendah. Ada sedikit keraguan bahwa apati dapat
diterangkan dengan sinisme, alienasi atau anomi. Namun sangat diragukan apakah
secara tunggal atau secara kolektif kata-kata tersebut memeberikan penjelasan
yang lengkap. Tingkah laku politik seperti dikemukakan oleh proses sosialisai
politik, merupakan bagian integral dari tingakah laku sosial.
Akan tetapi penting untuk membedakan
dengan jelas antara apati, sinisme, alienasi dan anomi. Didefinisikan secara
sederhana apati adalah tidak ada atau kurangnya minat, sinisme adalah suatu
sikap tidak senang dan kecewa, sedangkan alienasi dan anomi keduanya menyangkut
perasaaan kerenggangan atau keterpisahan dari masyarakat, tetapi alienasi
mempunyai ciri permusuhan, anomi dicirikan dengan kebingungan. Fakta yang
terdapat mengemukakan, bahwa mereka yang apatis secara total, paling tidak
adalah sinis dan lebih sering terasing atau bersifat anomis. Karena itu adalah
penting untuk menghubungkan alienasi dengan ungkapan permusuhan yang ekstrim,
termasuk penggunaan kekerasan. Ditengah masyarakat yang alienasi bersifat luas
dan sistem politiknya hanya memiliki legitimasi yang terbatas sebagai benstuk
permusuhan terhadap sistem politik khususnya dan sistem sosial pada umumnya.
Penggunaan kekerasan untuk tujuan
politik dapat dianggap sebagai suatu manivestasi alienasi politik. Rasa
permusuhan terhadap suatu rezim tertentu atau bahkan terhadap suatu sistem
sosial tertentu tidak perlu mengambil satu bentuk kekerasan. Sejak penggunaan
kekerasan untuk tujuan politik dapat dianggap sebagai manivestasi daripada
alienasi politik, adalah menyesatkan untuk mengasosiasikan hal terakhir itu
semata-mata dengan ketidak aktifan politik. Jelas bahwa bayak dari mereka yang
aktif secara politis pada beberapa tingkat tertentu bisa bersikap sinis
terhadap gejala politik dan bersikap apatis tehadap tipe partisipasi lainnya.
Sejumlah studi electoral di berbagai
negara menunjukkan bahwa hasil voting ternyata banyak sekali berbeda dari
kelompok pemilih yang satu dengan yang lain, dan penelitian ini telah di
ikhtisarkan oleh S.M. Lipset. Semakin peka atau terbuka seseorang terhadap
perang sang politik lewat kontak pribadi dan organisatoris dan lewat media
massa, maka besar kemungkinan dia turut serta dalam kegiatan politik. Jelas
bahwa keterbukaan atau kepekaan ini kiranya berbeda dari satu orang dengan
orang lainnya, dan bagaimana pun juga hal ini merupakan bagian dari proses
sosialisai politik.
Karakteristik sosial seseorang
seperti status sosio ekonomisnya, kelompok ras atau etnis, usia, seks dan
agamanya baik ia hidup didaerah pedesaan atau dikota, maupun ia termasuk dalam
organisasi sukarela tertentu dan sebagainya, semua memepengaruhi partisispasi
polotiknya. Walaupun penerimaan rangsangan politik dan sifat dari karakteristik
pribadi maupun karakteristik sosial seseoran itu penting dalam mempengaruhi
luasnya aktivitas politik, tetapi penting juga untuk memeprhitungkan lingkungan
atau keadaan politiknya.
Demikian pula syarat legal bagi suatu sistem pemilihan
dapat mempengaruhi partisipasi politik. Faktor lain seperti sifat dari sistem
partai juga penting. Perbedaan regional juga menyajikan tipe dari factor
lingkungan lainnya yang sering menjadi dasar munculnya keaneka ragaman dalam
tingkah laku electoral dan bentuk-bentuk lain dari partisipasi politik.
Betapapun juga diluar contoh-contoh khusus, perbedaan yang benar-benar penting
dalam lingkungan politik adalah hal-hal yang memadai suatu sistem olitik yang
menjadi bagian dari suatu tipe atau kelompok tertentu.
Ada cukup alasan untuk percaya, bahwa cirri-ciri pribadi
karakterisik sosial seseorang adalah penting dalam semua tipe sistem politik,
walaupun cirri-ciri khusus yang penting ternyata berbeda dari satu sistem ke
sistem lain.
No comments:
Post a Comment