Politik
a. Definisi Politik
Politik adalah perjuangan oleh
oknum-oknum manusia secara pribadi atau sebagai kelompok untuk memperoleh
kekuasaan dan keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya. Pendapat lain
mengatakan bahwa politik adalah suatu usaha bersama antar manusia untuk
mencapai pembagian sumber-sumber supaya merata dan adil. Sedangkan dalam
permasalahan disini, politik diartikan sebagai perhatian dan kegiatan seseorang
terhadap permasalahan publik atau orang banyak, dimana masalah publik ini lebih
dititik beratkan kepada kepentingan masyarakat meskipun masih adanya unsur
kepentingan pribadi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
b. Gaya dan Ragam Politik
Politik persuasi adalah politik yang
menggunakan akal sehat, moralitas, dan keinginan untuk kerja sama dan perasaan
adanya ketergantungan antara satu sama lain. Politik hirarkis adalah politik
yang menggambarkan adanya penyusunan kekuasaan dan otoritas yang bertumbuh
secara piramida, baik untuk peristiwa nasional maupun internasional, sedangkan
politik pluralistik dimaksudkan sebagai politik yang dilakukan oleh
pelaku-pelaku yang kedudukannya setaraf atau hampir setingkat dari
kesatuan-kesatuan atau unit-unit yang ada, mempunyai kedudukan otonom, tetapi
untuk kelangsungan hidup masing-masing dan sanggup bekerja sama satu sama
lainnya atau untuk kepentingan umum secara keseluruhan.
c. Empat Macam Pendekatan
1. Pendekatan Realis
Pendekatan realis mengatakan
bahwa politik harus dilakukan secara realistik dan kekuatan atau kekuasaan
adalah pokok utama dalam pelaksanaannya, dimana pendekatan ini menganjurkan
penggunaan cara yang berorientasi pada kekuasaan dan bila perlu menyampingkan
moral dan memberikan prioritas pertama pada kepentingan pribadi atau kelompok.
Ciri penting pendekatan realis
yang rasional adalah bila politik ini dilakukan dengan kebijaksanaan karena
didalamnya mempertimbangkan kelangsungan hidup golongan atau masyarakatnya.
2. Pendekatan Idealis
Pendekatan idealis mengatakan
bahwa politik adalah suatu kesenian untuk memerintah secara baik dan mereka
menolak perumusan politik itu sebagai art of the posible seni untuk
mencapai apa yang mungkin. Seorang pemimpin politik adalah tidak layak, bila ia
melakukan apa yang mungkin dapat diperbuat, tetapi apa yang seharusnya ia
perbuat hendaknya adalah sesuatu yang baik, dimana kepemimpinannya harus dapat
menciptakan kehidupan yang layak, kapatuhan pada hukum yang berdasarkan moral universal,
keadilan dan kehormatan bagi martabat manusia.
Art of the posible ditolak karena
memberi kesempatan bagi pelaku-pelaku politik untuk berdusta, menipu, menyuap,
merampas, melakukan penganiayaan, bahkan juga pembunuhan, hanya untuk mempertahankan
atau meningkatkan kepentingan pribadi, kelompok, partai atau nasional dalam
hubungan internasional.
Dalam pendekatan idealis, politik
itu harus dilakukan tanpa kekerasan dalam kehidupan berdampingan secara damai
dan aman di bawah pimpinan penguasa yang arif dan bijaksana.
3. Pendekatan Marxis
Pendekatan Marxis menitikberatkan
sasaran dan keadaan terakhir bagi umat manusia, dimana masyarakat tanpa kelas
dan tanpa negara dalam mana keadilan itu hanya dapat dimengerti sebagai suatu
prinsip yang sederhana. Menurut pendekatan Marxis, sistem ekonomi merupakan
dasar bagi tiap-tiap masyarakat dan hubungan ekonomi, karenanya akan membantu
kita dalam menjelaskan dan mengartikan segala hubungan politik dan hubungan sosial.
Konsep kelas dan perjuangan kelas untuk menguasai alat produksi merupakan akar
dari interaksi sosial.
Pendekatan Marxis bertujuan untuk
meruntuhkan semua pemerintah non komunis di dunia dan mengkomuniskan seluruh
manusia di bumi ini melalui jalan apapun yang mungkin ditempuh.
4. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah mengatakan bahwa
menganalisis politik atas dasar “keyakinan” dan “intuisi” hanya akan membuang
waktu saja, karena di dunia ini tidak ada manusia yang semata-mata baik atau
semata-mata tidak baik, dan juga tidak ada manusia yang hanya suka memperbudak
orang lain serta manusia yang senantiasa suka tenaganya dikuras orang lain.
Menurut pendekatan ilmiah secara murni, tiap kelompok manusia akan melakukan
tindakan politik, bila mereka memerintah, mematuhi perintah, membujuk,
berkompromi, menjanjikan sesuatu pada pihak luar, bekerja sama, melakukan tawar
menawar, mengutuk sesuatu, berkelahi atau takutakan sesuatu. Dengan demikian
politik itu tidak dirumuskan berdasarkan konsep-konsep yang abstrak atau
berdasarkan impresi, tetapi lebih banyak diuraikan setelah menyaksikan dan
mencatat aksi dan reaksi manusia.
Bahayanya bila pendekatan ilmiah
ini menjadi ambisius dengan mengeluarkan pendapat bahwa putusan-putusan ilmiah
adalah lebih baik dalam kualitas dan dampak, daripada putusan-putusan yang
diambil secara politik, dimana putusan-putusan ilmiah diambil berdasarkan
informasi yang cukup layak dan sesuai dengan kriteria yang rasional mengenai
kepentingan umum.
d. Uraian Mengenai Ilmu
Pengetahuan
Hipotesis adalah perkiraan dan asumsi
yang telah dipikirkan secara matang-matang dan berkaitan dengan adanya
inter-relasi antara fakta-fakta, percobaan-percobaan yang kemudian dilakukan
dengan menguji hasil yang didapat dengan fakta-fakta yang mungkin baru timbul.
Suatu hipotesia akan dibuang atau tidak terpakai bila dalam suatu percobaan
tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Hampir seluruh aspek material dari
dunia modern dapat ditelusuri ke arah ilmu pengetahuan dengan metodenya,
seperti radio, fotografi, pisau silet, operasi otak, pencangkokkan jantung
buatan, televisi, robot, alat komputer, mobil, makanan yang dibekukan dan
banyak lainnya. Pertumbuhan ilmu pengetahuan dapat melaju selama beberapa ratus
tahun yang silam, tetapi menderas sekali dalam abad kedua puluh ini dan bila
ilmu pengetahuan itu tumbuh, maka segera pula timbul spesialisasi.
Ilmu pengetahuan dewasa ini terdapat
dalam tiga jurusan, yakni ilmu fisika, ilmu biologi dan ilmu sosial.
1. Ilmu Fisika dan Ilmu
Biologi
Kedua ilmu ini sangat berperan
dalam mengembangkan industri, pertanian dan lain-lain cabang ekonomi dan juga
berhubungan dengan manusia sebagai makhluk, tetapi terbatas pada segi-segi
alamiah dan sifat-sifat biologinya saja.
2. Ilmi Politik sebagai
bagian dari Ilmu Sosial
Metode ilmiah digunakan tidak
terbatas hanya dalam ilmu fisika dan biologi saja, tetapi juga dalam studi
tentang manusia dan masyarakat. Ilmu sosial berhubungan dengan manusia, makhluk
Tuhan yang mempunyai kemauan dan pandai berfikir. Ia mempunyai rasa cinta, rasa
benci, rasa lapar dan rasa kenyang, dan lain-lain. Tindakan-tindakannya tidak
dapat diduga terlebih dulu dan oleh karena itu ilmu sosial adalah lebih
kompleks daripada ilmu-ilmu alam.
Ilmu politikm adalah salah satu
cabang ilmu sosial, dimana ilmu politik mempunyai hubungan dan kaitan dengan
ilmu-ilmu lain dalam keluarga ilmu sosial. Misalnya ada hubungan yang erat sekali
antara sejarah dan ilmu politik sampai orang menyatakan bahwa “ilmu politik
tanpa sejarah tersebut tidak akan ada akar dan sejarah tanpa ilmu politik itu
tidak akan ada buahnya”.
Ilmu dizaman sekarang tidak dapat
dipelajarai lagi secara terisolasi dan oleh karena itu perlu ada penerobosan
batas-batas, misalnya antara ilmu alam dan ilmu sosial.
6. Politik Luar Negeri
a. Uraian Mengenai Politik Luar
Negeri
Politik luar negeri adalah politik
untuk mencapai tujuan nasional dengan menggunakan segala kekuasaan dan
kemampuan yang ada.
Politik luar negeri suatu
negara dapat dilakukan melalui abstraksi-abstraksi, generalisasi, klasifikasi,
perbandingan dan evaluasi serta mencari sebab-sebab dari fenomena politik luar
negeri negara tersebut. Penentuan putusan-putusan dalam politik luar negeri
tergantung dari ideologi dan bentuk demokrasi dari suatu negara.
Banyak faktor-faktor yang turut
menentukan sifat dan bentuk politik luar negeri suatu negara. Sistem politik,
ekonomi, dan sosial dari suatu negara mempunyai pengaruh terhadap penyusunan
politik luar negeri dari negara tersebut.
b. Praktik dalam Politik Luara
Negeri
Politik luar negeri suatu negara
merupakan iringan kebijaksanan disertai rentetan tindakan yang rumit tetapi
dinamis, yang ditempuh oleh negara itu dalam hubungannya dengan negera-negara
lain atau sebagai kegiatannya dalam organisasi-organisasi regional dan
internasional. Politik luar negeri mengandung kewajiban-kewajiban,
tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan prinsip-prinsip yang dianggap benar yang
terdapat dibelakang politik luar negeri tersebut.
Politik luar negeri itu sendiri
merupakan unsur dalam ideologi, dimana unsur ideoloi dapat berkisar antara
sistem yang disusun secara sungguh-sungguh dan menyeluruh atau sebagai konsep
yang rudimater, yang ditujukan hanya untuk kelangsungan hidup suatu bangsa saja
atau malah ada kalanya hanya untuk penerusan posisi atau kedudukan suatu
pemerintahan (rezim) tertentu saja.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
disusun dan keputusan-keputusan yang diambil dalam bidang politik luar negeri
ditentukan oleh manusia dan manusia itu didorong oleh kepentingan-kepentingan
tertentu. Oleh karena itu politik luar negeri tergantung dari ideologi bangsa
serta dasar-dasar negaranya.
c. Pelaksanaan Politik Luar
Negeri
Pelaksanaan politil luar negeri
memerlukan perencanaan yang disiapkan oleh segenap jajaran petugas di
Kementerian dan Perwakilan di luar negeri. Penyelenggaraan politik dan hubungan
luar negeri adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dan
menghendaki pengamatan keadaan yang setiap waktu dapat berubah-ubah.
Pelaksanaan bukanlah hanya merupakan keputusan taktik belaka guna mengatasi
peristiwa yang mendesak saja, tetapi harus dilandaskan kepada suatu siasat yang
dapat memperkirakan kemungkinan timbulnya masalah-masalah bagi suatu negara.
Untuk meningkatkan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan, beberapa persiapan perlua diadakan terlebih
dahulu dalam hal :
1. Kemampuan untuk mengenal dan menganalisis
masalah-masalah penting dalam politik luar negeri.
2. Kemampuan untuk menentukan masalah mana yang lebih
penting daripada yang lain.
3. Kemampuan untuk menentukan alternatif-alternatif
terhadap kebijaksanaan yang telah dirumuskan.
4. Kemampuan untuk mengaitkan analisis-analisis
kebijaksanaan dengan sumber-sumber management (man, money, material), agar
sumber-sumber ini selalu tersedia dalam kita melaksanakan politik luar negeri.
Setelah keputusan
diambil, selanjutnya perlu pula kita mempunyai kemampuan untuk mengadakan
evaluasi, yaitu meninjau kebijaksanaan yang telah dirumuskan serta keputusan
yang telah diambil itu dan kemudian mengetahui apakah keputusan ini sudah
dilaksanakan, dan seterusnya perlu ditinjau lagi apakah pelaksanaannya sudah
tepat dan sejalan dengan rencana atau tidak.
Dengan kata lain
bahwa pelaksanaan itu merupakan suatu siklus perencanaan dan evaluasi atau
proses yang berkelangsungan dan berkesinambungan.
7. Diplomasi
a. Definisi dan Praktik
Diplomasi dapat diartikan sebagai
manajemen dari hubungan internasional melalui negoisasi yang diselenggarakan
oleh duta-duta negara, sedangkan praktik dari diplomasi itu sendiri dinyatakan
sebagai penyelenggaraan bisnis internasional oleh para diplomat untuk membuat
orang lain menerima jalan pikiran kita.
Diplomasi dijalankan oleh suatu
negara untuk memupuk, mempertahankan dan mengembangkan persahabatan, saling
pengertian, serta kerjasama dalam menangani masalah-masalah yang belum
disetujui bersama hingga tercapainya kesesuaian paham. Diplomasi itu sendiri
akan dianggap berhasil apabila pihak yang diajak berunding dapat diyakinkan
untuk menerima atau mendekati kesepakatan yang pada akhirnya memuaskan kedua
belah pihak.
b. Kekuatan di Belakang
Diplomasi
Dalam ketegangan antara dua negara,
diplomasi sangat diperlukan dimana biasanya diplomasi hanya terbatas pada penyerahan
ultimatum belaka. Biasanya setelah perang atau pertikaian fisik berakhir maka
diplomasi dapat dmulai kembali. Keberhasilan suatu diplomasi dipengaruhi oleh
beberapa sebab, antara lain :
1. Kekuatan (power) dari suatu negara, biasanya
berupa keadaan ekonomi, keuangan, industri dan pertanian, adanya sumber alam
yang berlimpah, kekuatan militer, letak geografis dan lain-lain.
2. Melalui permohonan dan himbauan untuk pengertian,
simpati dan sokongan kepada perjuangan atau masalah yang dihadapi negara
tersebut.
3. Menggunakan daya tariknya dalam menyampaikan
argumentasi pemerintahannya sehingga mengetahui atau sedikitnya dapat
memperkirakan bahwa pihak lawan akan menerima apa yang diajukan dengan
menunjukkan adanya titik persamaan antara kedua negara.
c. Syarat untuk Suksesnya
Diplomasi
Keterampilan dalam diplomasi oleh
para diplomat memang sangat penting dimiliki karena para diplomat itu hanya
melaksanakan dan bukan menentukan politikm luar negeri. Tugas diplomat dibatasi
oleh politik dari pemerintah yang diwakilinya. Seorang diplomat tidak dapat
bertindak atau melakukan sesuatu yang belum mendapat persetujuan khusus dari
pemerintahnya. Sukses diplomat juga ditentukan oleh sifat dan hakikat dari
politik luar negeri yang harus dilaksanakan.
Pekerjaan diplomat sangat dipermudah
bila antara negaranya dan negara dimana ditugaskan ada kesesuaian paham dalam
hal ideologi, metode-metode dan pandangan mengenai ketertiban internasional,
tetapi bila terdapat perbedaan besar dalam kepentingan, sasaran, pandangan
hidup dan adanya pertentangan dalam politik luar negeri masing-masing, maka
betapapun kecilnya perselisihan yang ada tidak akan dapat diselesaikan.
d. Sikap Seorang Diplomat
Yang perlu diperhatikan oleh
diplomat, yaitu jangan hendaknya kita mempunyai inferiority complex dan sebaliknya jangan pula menunjukkan superiority complex. Kepribadian yang
merendahkan diri jangan pula memberikan impresi bahwa kita memang mempunyai
kedudukan yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Orang yang
bijaksana biasanya berendah hati, karena mengetahui bahwa barang siapa yang
ingin dihormati harus mau mengalah terlebih dahulu. Sikap yang bersederhana ini
tidaklah berarti bahwa kita tidak mempunyai kebanggaan dan kehormatan, malah
bila diperlukan pada waktunya kita menunjukkan sikap yang jelas dan tegas bahwa
kita adalah wakil dari Bangsa dan Negara yang besar, yang tidak dapat
diremehkan oleh siapapun di dunia ini.
Hal lain yang diperlukan oleh seorang
diplomat adalah tidak boleh berbohong. Kebohongan akhirnya akan diketahui juga,
dan sekali dikatahui bahwa ucapan-ucapannya adalah tidak benar, sejak itu pula
habis namanya dan orangnya tidak akan dipercaya lagi. Selain itu juga seorang
diplomat tidak boleh angkuh dan sombong, karena hal ini akan merugikan dalam
melakukan dialog dengan pihak-pihak yang dihadapinya. Hal lain yang perlu juga
diperhatikan adalah seorang diplomat harus teliti, karena asli kata diplomasi
adalah berasal dari kata “diploma” yang berarti “pesan tertulis”, karena itu
seorang diplomat harus bertindak sesuai dengan instruksi tertulis yang diterima
dari atasannya, yang berisi pemberitahuan, permohonan ataupun penjelasan untuk
disampaikan kepada pemerintah negara setempat.
No comments:
Post a Comment