Friday 29 August 2014

Kurikulum



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. SedangkanPengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnyamencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi.Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerjakurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaanyang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasadisebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum kedalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulumitu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkaitlangsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang,seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakatlainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
B.     Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengungkapkan beberapa tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu :
1.      Mengetahui apa itu kurikulum,
2.      Mengetahui apa saja asas-asas kurikulum,
3.      Mengetahui apa komponen-komponen kurikulum,
4.      Mengetahui apa fungsi kurikulum,
5.      Mengetahui bagaimana perubahan kurikulum,
6.      Mengetahui apa saja landasan & tingkatan dalam pengembangan dalam kurikulum, dan
7.      Mengetahui apa-apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
C.    Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan saya sajikan, yaitu :

1.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum ?
2.      Apa saja asas-asas kurikulum ?
3.      Apa  saja komponen-komponen kurikulum ?
4.      Apa fungsi kurikulum ?
5.      Bagaimana perubahan kurikulum ?
6.      Apa saja landasan & tingkatan dalam pengembangan dalam kurikulum ? dan
7.      Apa-apa saja prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
B.     Asas-Asas Kurikulum
Mengembangkan kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhanakarena banyak hal yang harus dipertimbangkan dan banyak pertanyaan yang dapatdiajukan untuk diperhitungkan. Misalnya : Apakah yang ingin dicapai, manusiayang bagaimana yang diharapkan akan dibentuk? Apakah akan diutamakankebutuhan anak pada saat sekarang atau masa mendatang? Apakah hakikat anak harus dipertimbangkan, ataukah ia diperlakukan sebagai orang dewasa? Apakahkebutuhan anak itu? Apakah harus dipentingkan anak sebagai individu atausebagai anggota kelompok? Apakah yang harus dipentingkan, mengajarkankejujuran atau memberi pendidikan umum? Apakah pelajaran akan didasarkan atas disiplin ilmu ataukah dipusatkan pada masalah sosial dan pribadi? Apakahsemua anak harus mengikuti pelajaran yang samataukah is diizinkan memilih pelajaran sesuai dengan minatnya? Apakahseluruh kurikulum sama bagi semua sekolah secara uniform, atau diberikelonggaran untuk menyesuaikannya dengan keadaan daerah? Apakah hasil belajar anak akan diuji secara uniform ataukah diserahkan pada penilaian guruyang dapat mempelajari anak itu dalam segala aspek selama waktu yang panjang ?Semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiapkurikulum, yakni :
1.      Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai denganfilsafat negara.
2.      Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a. psikologi anak, perkembangan anak,
b. psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.
3.      Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,kebudayaan manusia, hasil kerja manusia herupa pengetahuan, dan lain-lain.
4.      Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
C.    Komponen-Komponen Kurikulum
Ralph W.Tyler dalam bukunya Basic Principles of Curriculum andInstruction (1949), salah satu buku yang paling berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, mengajukan 4 pertanyaan pokok, yakni:
1.              Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?
2.              Bagaimanakah memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuanitu?
3.              Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?
4.              Bagaimanakah efektivitas belajar dapat dinilai?
Berdasarkan pertanyaan itu, maka diperoleh keempat komponenkurikulum yakni,
(1) tujuan,
(2) bahan pelajaran,
(3) proses belajar-mengajar,
(4)evaluasi atau penilaian.
Keempat komponen itu dapat kita gambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Keempat komponen itu saling berhubungan. Setiap komponen bertalianerat dengan ketiga komponen lainnya. Tujuan menentukan bahan apa yang akandipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen lainnya. Pada saat dipentingkannya evaluasi dalam bentuk ujian, misalnya Ebtanas, UMPTN, maka timbulkecenderungan untuk menjadikan bahan ujian sebagai tujuan kurikulum, proses belajar-mengajar cenderung mengutamakan latihan dan hafalan.Bila salah satu komponen berubah, misalnya ditonjolkannya tujuan yang baru, atau proses belajar-mengajar, misalnya metode baru, atau cara penilaian,maka semua komponen lainnya turut mengalami perubahan. Kalau tujuannya jelas, maka bahan pelajaran, PBM, maupun evaluasi pun lebih jelas.Pola kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler ini tampaknya sangatsederhana, namun dalam kenyataannya lebih kompleks daripada yang diduga. Tak mudah menentukan tujuan pendidikan atau pelajaran, tak mudah pula menentukan bahan yang tepat guna mencapai tujuan itu, misalnya bahan untuk mendidik anak agar menjadi manusia pembangun, jujur, kerja keras, dan sebagainya. MenentukanPBM yang efektif tak kurang sulitnya, karena keberhaslannya baru diketahuisetelah dinilai.Konsep tayle tentang komposisi kurikulum tentu mendapat kritik, namunmasih dipertimbangkan hingga sekarang.
1.      jenis-jenis kurikulum yang meliputi antara lain:
Separated Subject Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah Atau Tidak Menyatu).
Kurikulum ini dikatakan demikian karena data-data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Kurikulum ini dengan tegas memisahkan antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya, umpamanya mata pelajaran biologi dengan pengetahuan sosial atau yang lainnya. Akan tetapi kurikulum ini juga memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
a)         Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis, sistematis dan berkesinambungan, hal ini karena setiap bahan telah disusun dan diuraikan secara sistematis dan logis dengan mengikuti urutan yang tepat yaitu dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks.
b)         Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana, mudah direncanakan dan mudah dilaksanakan dan mudah juga diadakan perubahan jika diperlukan. Adanya kesederhanaan itu sangat diperlukan karena hal itu jelas akan menghemat tenaga sehingga menguntungkan baik dari pihak pengembang kurikulum itu sendiri maupun guru atau satuan pendidikan untuk melaksanakannya,
c)         Kurikulum ini mudah dinilai untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan perubahan seperlunya. Karena kurikulum ini terutama bertujuan untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan maka hal itu dapat dengan mudah diketahui hasilnya yaitu dengan melakukan pengukuran yang berupa tes.
Disamping ada keunggulan-keunggulan kurikulum bentuk ini, ada pula kelemahan-kelemahannya, antara lain:
a)         Kurikulum ini memberi mata pelajaran secara terpisah, satu dengan yang lain tidak ada saling hubungan. Hal itu memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman secara lepas-lepas tidak sesuai dengan kenyataan.
Kurikulum bentuk ini kurang memperhatikan masalah-masalah yang dihadapai anak secara faktual dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kurikulum ini hanya sering mengutamakan penyampaian sejumlah pengetahuan yang kadang-kadang tidak ada relevansinya dengan kebutuhan kehidupan.
b)         Cenderung statis dan ketinggalan zaman. Buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan jika penyusunannya dilakukan beberapa atau bahkan puluhan tahun yang lalu dan jika tidak dilakukan revisi untuk keperluan penyesuaian akan ketinggalan zaman.
c)         Tujuan kurikulum bentuk ini sangat terbatas karena hanya menekankan pada perkembangan intelektual dan kurang memperhatikan faktor-faktor yang lain seperti perkembangan emosional dan sosial.
2.      Correlated curriculum (Kurikulum Korelasi Atau Pelajaran Saling Berhubungan).
Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi yang lain. Jadi di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri. Untuk memadukan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya, ditempuh dengan cara-cara korelasi antara lain:
~        Korelasi okasional atau incidental, yaitu korelasi yang diadakan sewaktu-waktu bila ada hubungannya.
~        Korelasi etis, yaitu yang bertujuan mendidik budi pekerti sebagai pusat pelajaran diambil pendidikan agama atau budi pekerti.
~        Korelasi sistematis, yaitu yang mana korelasi ini disusun oleh guru sendiri.
~        Korelasi informal, yang mana kurikulum ini dapat berjalan dengan cara antara beberapa guru saling bekerja sama, saling meminta untuk mengkorelasikan antara mata pelajaran yang dipegang guru A dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru B.
~        Korelasi formal, yaitu kurikulum ini sebenarnya telah direncanakan oleh guru atau tim secara bersama-sama.
~        Korelasi meluas (broad field), di mana korelasi ini sebenarnya merupakan fungsi dari beberapa bidang studi yang memiliki ciri khas yang sama dipadukan menjadi satu bidang studi.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
a)      Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran yang dapat menopang kebulatan pengalaman dan pengetahuan peserta didik berhubung mereka menerimanya tidak secara terpisah-pisah.
b)      Adanya korelasi antara berbagai mata pelajaran memungkinkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya secara fungsional. Hal ini disebabkan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya.
Adapun kurikulum correlated curriculum memiliki kelemahan-kelemahan antara lain:
a)      Kurikulum bentuk ini pada hakekatnya masih bersifat subject centered dan belum memiliki bahan yang langsung dengan minat dan kebutuhan peserta didik serta masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
b)      Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan dengan lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam. Pembicaraan tentang bebagai pokok masalah bagaimanapun juga tetap tidak dipadu, karena pada dasarnya masing-masing merupakan subjek yang berbeda. Rasanya hampir tak mungkin mempergunakan waktu yang hanya sedikit itu untuk memberikan berbagai pokok masalah yang sebenarnya berasal dari beberapa mata pelajaran yang berbeda.
3.      Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu).
Integrated Curriculum di sini maksudnya beberapa mata pelajaran dijadikan satu atau dipadukan. Dengan meniadakan batas-batas mata pelajaran dan bahan pelajaran yang disajikan berupa unit atau keseluruhan. Kurikulum ini memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a)      Segala hal yang dipelajari dalam kurikulum ini bertalian erat satu dengan yang lainnya. Peserta didik tidak hanya mempelajari fakta-fakta yang lepas-lepas dan kurang fungsional untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
b)      Kurikulum ini sesuai dengan teori baru tentang belajar yang mendasarkan berbagai kegiatan pada pengalaman, kesanggupan, kematangan dan minat peserta didik. 
c)      Dengan kurikulum ini lebih dimungkinkan adanya hubungan yang erat antara madrasah dan masyarakat, karena masyarakat dapat dijadikan laboratorium tempat peserta didik melakukan kegiatan praktek.


D.    Fungsi Kurikulum

Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala sekolah/ pengawas, orang tua, dan masyarakat? Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua,kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membinbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kuriklum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu :
  1. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
  1. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
  1. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
  1. Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
  1. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membarikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemapuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
  1. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengambangkan sendiri kekuatan yang dimilikinya aau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
E.     Perubahan Kurikulum
Kenapa kurikulum harus berubah? demikian pertanyaan yang kerapkali dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Jawabannya pun sangat beragam, bergantung pada persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing. Sepanjang sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada kesan di masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”.
Perubahan kurikulum pada dasarnya memang dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku (current curriculum) dipandang sudah tidak efektif dan tidak relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan jaman dan setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi tertentu.
Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang kerapkali mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan, mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung resiko yang sangat besar, apalagi kalau perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat serta tanpa dasar yang jelas.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada tingkat sekolah justru perlu dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau beberapa aspek saja yang perlu dirubah.
Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin diawali dengan “keterpaksaan” demi mematuhi ketentuan yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan mungkin saja belum sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh model kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan – perbaikan yang secara terus-menerus berdasarkan data evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan kondisi nyata sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau saja suatu sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP hingga ke depannya tidak pernah melakukan perubahan-perubahan apapun. Hampir bisa dipastikan sekolah yang demikian, sama sekali tidak menunjukkan perkembangan alias stagnan.
Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai di sekolah, seyogyanya di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang bertugas untuk memanage kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus yang menangani kurikulum (biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum). Namun pada umumnya mereka cenderung disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan teknis saja, seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang bersifat rutin lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu diperhatikan.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien.
F.     Landasan Dan Tingkatan Dalam Pengembangan Kurikulum
1.   Landasan Pada umumnya dalam membina kurikulum kita dapat berpegang pada asas-asas berikut:
v  Asas filosofis Landasan filosifis memberikan arah pada semua keputusan dan tindakan manusia, karenafilsafat merupakan pandangan hidup, orang, masyarakat, dan bangsa.Dalam kaitannya dengan pendidikan filsafat memberikan arah pendidikan seperti hakikat pendidikan, tujuannya, dan bagaiman cara mencapai tujuan. Oleh karena itu,wajar apabilakurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karen afilsafat mementukantujuan yang hendak dicapai dengan alatyang di sebut kurikulum.
v  Asas psikologis, Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghambat kemauan belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum pada dasarnya disusun agar peerta diik dapattumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti bahwa kurikulum dan pengajaran yangdilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar mengajar akan lebih meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yangmengabaikan faktor psiklogis peserta didik 
v  Asas sosiologis, Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu danrekontruksi masyrakat, Landasan sosial budaya ternyata bukan hanya semata-mata digunakadalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingakt sekolah atau bahka tingkat pengajaran3
v  Asas Organisatoris, Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
1.      Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah(separated subjectcurriculum).
2.      Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di hubung-hubungkan(Correlated curriculum)
3.      Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata pelajaran(integratedcurriculum)
2.   Prinsip yang Dianut dalam Pengembangan KurikulumAda sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,diantaranya:
a)      Prinsip relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutankebutuhan dan kehidupan peserta didik.
b)      Prinsip efektifitas, Berkaitan dengantingkat pencapaian hasil pelaksanaan kurikulum.
c)       Prinsip efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan saranayang dipakai dengan hasil yang diperoleh.
d)     Prinsip kontinuinitas, Kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjangpendidikan disusunsecara berkesinambungan,
e)      Prinsip Fleksibilitas,disamping program yang berlakuuntuk semua anak terdapat pulakesempatan bagi amak mengambil program-program pilihan.
f)       Prinsip integritas, kurikulum hendaknya memperhatiakn hubungan antara berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu4
3.               Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum.
a.    Pengembangan tingkatan institusional Meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuaninstitusional dan struktur program.
b.   Pengembangan tingkatan bidang studi / mata pelajaranSetelah bidang-bidang studi di tentukan langkah selanjutnya ialah mengembangkanGBPP,dengan menempuh langkah sebagai berikut:
1.      Menetapkan tujuan-tujun kurikuler dan tujuan intruksional umum tiap bidang studi.
2.      Mengidentifikasi topik-topik /pokok bahasan yang diperkirakandapat dijadikan sebagai bahanuntuk dipelajari oleh murid agar mencapai tujuan yang telah dirumuskan3.Memilih topik-topik yang paling relevan, fungsional,efektif dan kemperhensif bagi pencapaiantujuan yang telah din identifikasikan4.Memetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan
c.    Pengembangan tingkat operasional / kelasUraian tentang pengembangan tingkat operasional ini lebih di tekankan pada usaha gurudalam mengembangkan lebih lanjut GBPP.

G.    Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum, sesuai dengan prinsip-prinsio kurikulum 1975, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, agar kurikulum yang dilaksanakan memberiharapan semua pihak yaitu, murid, orang tua, masyarakat dan pemerintah.Prof. winarno Surachmad (1977 ; 23) mengemukakan prinsip-prinsip tersebut adalah prinsiprelevansi, efektivitas, efisiensi, kontinuitas dan fleksibilitas. Untuk itu diuraikan dibawah ini :
2.1 Prinsip Relevansi,Yang dimaksud dengan prinsip relevansi kesesuaian antara pendidikan dengantuntutan kehidupan. Prinsip relevansi pendidikan dengan kehidupan ini, sekurang-kurangnyaterdapat yiga segi yang harus sesuai (relevant), yaitu relevansi pendidikan denganlingkungan siswa, relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan yang akan datang,dan relevansi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan.
2.2 Prinsip Efektifitas, Yang dimaksud prinsip efektifitas dalam pendidikan adalah sampai sejumlah tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pendidikan yang telah dirumuskandapat tercapai. Prinsipefektivitas pendidikan dapat ditin jau dari dua segi efektivitas mengajar guru danefektiviktas bekerja murid.
2.3 Prinsip Efisiensi, Yang dimaksud dengan prinsip efisiensi dalam pendidikan yaitu seimbangnya usahayang dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan hasil yang dicapai oleh lulusan atausiswa. Dalam pengembangan kurikulum hal-hal yang diperhatikan dalam prinsip efisiensiini adalah waktu yang digunakan, tenaga yang dikeluarkan, peralatan dan biaya yangdikeluarkan hendaknya minimal dapat mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan.
2.4 Prinsip Kesinambungan, Yang dimaksud dengan prinsip kesinambungan (kontinuitas) dalam pendidikan adalahsaling berhubungan atau jalin menjalinnya program pendidikan atau tingkat pendidikandengan program pendidikan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Prinsipkesinambungan ini dapat ditinjau drai dua segi yaitu kesinambungan antara berbagai tingkat pendidikan (sekolah) dan kesinambungan antara berbagai bidang studi.10
a.       Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolahDalam penyusunan kurikulum hendaknya dipertimbangkan hal-hal :1)Bahan pelajaran yang diberikan pada sekolah yang lebih tinggi hendaknyamerupakan kelanjutan dari sekolah sebelumnya.2)Bahan pelajaran yeng telah diberikan pada sekolah yang lebih rendah, hendaknyatidak diberikan pada sekolah yang lebih tinggi.
b.      Kesinambungan antara berbagai bidang studiMaksudnya adalah bahan yang diajarkan dalam suatu bidang studi tertentumempunyai hubungan dengan bidang lainnya. Oleh karena itu hendaknya diusahakansedemikian rupa dalam penetapan urutan penyajian diperhatikan agar hubungan dapat berjalan dengan baik.
2.5 Prinsip Fleksibilitas, Yang dimaksud dengan prinsip fleksibilitas adalah adanya aktivitas atau ruang gerak yaitu,memberikan kebebasan, sehingga tidak baku.Dalam kurikulum prinsip fleksibilitas mencakup fleksibilitas murid dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas guru dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas gurudalam mengembangkan program pengajaran.
a.       Fleksibilitas dalam memilih program pendidikanYang dimaksud fleksibilitas pemilihan program pendidikan dengan mewujudkannya program-program pilihan bagi murid sesuai dengan minat dan kemampuannya.
b.      Fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaranYang dimaksud fleksibilitas disini adalah dengan diberikannya kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan program pengajaran yang berpegang kepada tujuan dan pelajaran yang tertera dalam kurikulum yang masih bersifat umum.
2.6 Prinsip berorientasi,  pada tujuanYang dimaksud dengan prinsip yang berorientasi pada tujuan (out put oriented)adalah penetapan bahan dan jam pelajaran yang bersumber rumusan kepada tujuan-tujuanyang diharapkan dicapai oleh para siswa, baik tujuan umum, tujuan institusional sampaikepada tujuan intruksional.
2.7 Prinsip pendidikan seumur hidup, Yang dimaksud dengan prinsip pendidikan seumur hidup berarti bahwa setiapmanusia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Dan masa sekolah bukan11
 
satu-satunya masa bagi orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian saja dari waktu belajar yang berlangsung seumur hidup tersebut.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
A.    Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
B.     Asas-Asas Kurikulum
5.      Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai denganfilsafat negara.
6.      Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a. psikologi anak, perkembangan anak,
b. psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.
7.      Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,kebudayaan manusia, hasil kerja manusia herupa pengetahuan, dan lain-lain.
8.      Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
C.    Komponen-Komponen Kurikulum
(1) tujuan,
(2) bahan pelajaran,
(3) proses belajar-mengajar,
(4)evaluasi atau penilaian.

D.    Fungsi Kurikulum

1.      Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yang mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social.
2.      Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
  1. Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
  1. Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.
  1. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membarikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemapuan dan minatnya.
  1. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
7.      Perubahan Kurikulum
Kenapa kurikulum harus berubah? demikian pertanyaan yang kerapkali dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia.
E.     Landasan Dan Tingkatan Dalam Pengembangan Kurikulum1.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien.
F.     Perubahan Kurikulum
1.      Landasan Pada umumnya dalam membina kurikulum kita dapat berpegang pada asas-asas berikut:
~ Asas filosofis
~ Asas psikologis
~ Asas sosiologis
~ Asas Organisatoris
2.      Prinsip yang Dianut dalam Pengembangan KurikulumAda sejumlah prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,diantaranya:
g)      Prinsip relevansi
~ Prinsip efektifitas
~ Prinsip efisiensi
~ Prinsip kontinuinitas
~ Prinsip Fleksibilitas
~ Prinsip integritas
3.      Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum.
d.   Pengembangan tingkatan institusional Meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuaninstitusional dan struktur program.
e.    Pengembangan tingkatan bidang studi / mata pelajaranSetelah bidang-bidang studi di tentukan langkah selanjutnya ialah mengembangkanGBPP
7.      Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
~ Prinsip Relevansi
~ Prinsip Efektifitas
~ Prinsip Efisiensi
~ Prinsip Kesinambungan
~ Prinsip Fleksibilitas
~ Prinsip berorientasi
~ Prinsip pendidikan seumur hidup

B.     Saran

Dalam hal ini pembelajaran dan pemberian motivasi merupakan rumpun ilmu pengetahuan juga yang mana merupakan hasil dari penelitian maka dari itu setidaknya mahasiswa mampu memahami dan menganalisis, mensisntesa eksistensi dan ilmu-ilmu sosial dan IPS dalam tataran kehidupan bermasyarakat serta pergerakan model dan implikasi pembelajaran dalam masyarakat sehingga menjadi pendidik yang cakap dengan ilmunya.


DAFTAR PUSTAKA



No comments:

Post a Comment