Tuesday 2 September 2014

Pengorganisasian Materi Pengajaran IPS



BAB VI
PENGORGANISASIAN MATERI PENGAJARAN IPS
Pengorganisasian materi pengajaran  IPS dapat diartikan sebagai upaya mengatur, menyusun isi pelajaran dan cara menyajikan isi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Kalau isi materi memberi jawaban atas pertanyaan  tentang “ materi apa yang akan diajarkan”  sedangkan pengorganisasian materi pengaran IPS memberi jawaban atas pertanyaan “pengalaman belajar (learning experiences) yang bagaimananakah yang seharusnya diperoleh siswa dalam proses belajarnya”?
A. Pendekatan Dalam Penyusunan Program Pengajaran IPS
1.  Arti pendekataan
Secara harfiah, pendekatan diartikan cara mendekati. Secara istilah, pendekatan berarti sudut pandang atau cara umum dalam melihat dan bersikap yang digunakan orang dalam upaya memecahkan suatu masalah.
2. Arti program
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia tahun 1989, kata program diartikan sebagai rancangan mengenai azas-azas serta usaha-usaha. Secara istilah, program didefinisikan sebagai rancangan kegiatan yang harus dilaksanakan. Kaitannya dengan  proses belajar-mengajar, program belajar-mengajar berarti rencana kegiatan belajar-mengajar yang akan dilakukan guru-murid dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Selain itu, guru juga harus memiliki strategi pengajaran yang baik dan terukur sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. Yang dimaksud strategi mengajar adalah daya upaya guru dalam menyusun komponen-komponen pengajaran menjadi suatu sistem lingkungan belajar sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung lebih berdaya guna dan berhasil guna. Yang termasuk komponen-komponen pengajaran meliputi tujuan pengajaran,  materi, metode, evaluasi, sarana dan prasarana pengajaran, dan administrasi.


3. Pendekatan Dalam Penyusunan Program IPS
Yang dimaksud dengan pendekatan program IPS adalah pola berpikir guru dalam menentukan pilihan dan pengembangan isi pelajaran dan cara mengorganisasi bahan ejaan dan cara menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan terlebih duhulu. Ada beberapa macam pendekatan dalam penyusunan program IPS, yaitu pendekatan struktural yang pernah diberlakukan sebelum kurikulum tahun 1975. Pendekatan struktural artinya pendekatan yang  hanya terletak pada satu sudut pandang disiplin ilmu tertentu, seperti sudut pandang ekonomi, sudut pandang geografi, sudut pandang agama saja, dan sebagainya. Namun, dalam perkembangannya sejalan dengan dinamika perubahan penduduk dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, sehingga sebuah permasalahan tidak hanya dapat diselesaikan dengan satu pendekatan saja, namun membutuhkan berbagai pendekatan lainnya, baik dari dimensi agama, budaya, hukum, sehingga pemecahan masalah lebih menyeluruh (integral), maka pendekatan struktural mulai ditinggalkan, dan digantikan dengan pendekatan integral atau multidisiplin.
1)      Pendekatan monodisiplin
Pendekatan monodisiplin artinya pendekatan suatu topik atau masalah hanya menggunakan satu cabang ilmu atau satu pendekatan saja. Selain pendekatan monodisiplin, dikenal juga pendekatan struktural karena ditekankan adanya struktur atau disiplin ilmu tertentu. Disebut juga pendekatan terpisah atau seperatif karena pendekatan itu memisahkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya.
Dalam pendekatan monodisiplin, struktur mata pelajaran disusun secara jelas dan sistematika dari suatu disiplin ilmu. Disini berarti, bahan ajaran diorganisasi/disusun berdasarkan ilmu pengetahuan tanpa mempertautkan dengan disiplin ilmu lainnya. Hal ini mendorong untuk menyampaikan bahan ajaran secara terpisah atau seperated subject approach. Sebagai contoh, pada materi sejarah dikelolah sendiri dengan lebih menekankan aspek “waktu” sehingga belajar sejarah sama halnya dengan menghafal waktu dari suatu peristiwa atau kejadian.  Contoh lain, pada materi ajaran geografi yang dikelolah sendirinya dengan lebih menekankan pada aspek keruangan atau core concept sehingga belajar Geografi sama halnya dengan sekedar menghafal nama-nama tempat/obyek di muka bumi, nama dan letak kota-kota, nama dan letak gunung, sungai , pulau, suku-suku bangsa dan lain-lain.
2)      Pendekatan multidisiplin dan interdisiplin
Pendekatan multidisiplin  adalah salah satu pendekatan dalam IPS di mana menelaah dan mengungkapkan gejala dan masalah sosial dengan memanfaatkan lebih dari satu konsep , teori, dan metode disiplin ilmu. Secara teoritis, pendekatan interdisiplin dan multidisiplin ini akan menghasilkan suatu uraian yang jumlahnya banyak secara otonom. Namun demikian, kaitan dari setiap pendekatan tersebut akan dapat dilihat dari analisisnya.
Pendekatan interdisiplin dapat diartikan suatu pendekatan yang lebih bersifat komprehensif dan terpadu. Kalau dalam pendekatan multidisiplin masih terlihat dalam perdisiplin, sedangkan pendekatan interdisiplin terdapat satu kesatuan analisis, yang terjalin dalam satu keseluruhan, dalam arti pengkaitan itu sudah berada di dalam suatu kerangka yang satu dan bulat.

3)      Pendekatan lingkungan meluas
Pendekatan lingkungan meluas adalah suatu cara dalam mengurutkan sebuah materi dari yang mudah , expanding approach atau spiral approach.
Pendekatan lingkungan meluas ini sasaran bahan ajarannya dapat meliputi dari banyak aspek, seperti aspek kehidupan, aspek lingkungan alam, aspek keilmuan. Oleh karena itu, dikenal dengan beberapa istilah dalam menyebutkan pendekatan lingkungan meluas, seperti pendekatan masyarakat meluas (expanding community approach), pendekatan lingkungan meluas (expanding enviromental approacch), pendekatan sistematik meluas (interdicipliniory approach) dan pendekatan multi kultural (multi cultural approach). Di bawah ini beberapa contoh pendekatan lingkungan meluas atas dasar aspek-aspek tertentu :
Dalam contoh ini lingkungan yang dipakai sebagai dasar kajian adalah batas wilayah administrasi pemerintah negara RI. Bahan ajar dimulai dengan mengenalkan anak pada lingkungan RT/RW dengan batas-batas wilayah dan kondisi lingkungan alam dan lingkungan fisik.  Lingkungan alam seperti kawasan hutan, dataran rendah, gunung, sungai, sedangkan lingkungan fisik seperti prasarana jalan raya, jalan kereta api, sedangkan perluasan wilayah administrasi mulai dari wilayah desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten (Dati II), dan seterusnya. Secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut :
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
Wilayah
RT/RW
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/DATI II
Prop/DATI I
Neg/Ant-Prop

4. Pendekatan Masyarakat Meluas (expanding community approach)
Dalam hal ini, bahan ajar dimulai dengan membicarakan tentang keluarga sebagai kesatuan unit terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya, hubungan dan status antar individu dalam keluarga, fungsi masing-masing anggota, sistem nilai yang berlaku dalam keluarga, adat istiadat yang dianut dan sebagainya.
5. Pendekatan tematik meluas (Expanding thematical approach)
Dalam hal ini, bahan ajar dimulai dari studi kasus  yang dapat diamati langsung oleh anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Seperti penebangan hutan secara besar-besaran setelah itu baru pembahasan yang lebih meluas dan bertalian seperti masalah ekosistem, dan upaya pelestariannya.
6. Pendekatan interdisiplin (Interdisiplinory approach)
Merupakan perluasan dari pendekatan monodisiplin ke pendekatan multidisplin dan interdisiplin (komprehensif/terpadu).
7. Pendekatan situasi kehidupan
Dalam hal ini, pendekatan situasi kehidupan adalah cara mengorganisasi bahan ajaran dengan berorientasi kepada keadaan kehidupan nyata (riil) masyarakat. Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatan kemasyarakatan.  Pendekatan yang berorientasikan masyarakat ini digunakan untuk membahas kegiatan-kegiatan kehidupan masyarakat yang riil di sekitar anak dengan mengambil bahan masyarakat sebagai fokusnya.
Dalam menyusun bahan dan kegiatan belajar IPS, ada beberapa aspek masyarakat yang perlu diperhatikan pada saat menyusun program pengajaran IPS, antara lain
a)      Aspek kemanusiaan
b)      Aspek sosial
c)      Aspek ekonomi dalam kehidupan masyarakat
d)     Aspek budaya
e)      Aspek politik
f)       Aspek lingkungan alam dan lingkungan fisik
g)      Aspek perkembangan

B. STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR IPS
A. Hakekat Strategi Belajar-Mengajar
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, strategi belajar adalah daya upaya guru dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan terciptanya proses belajar-mengajar. Maksudnya ialah agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu, diperlukan sebuah ketrampilan berbagai komponen pengajaran seperti tujuan, materi, pendekatan, metode, media, evaluasi dan lain sebagainya sehingga terjalin keterkaitan antara satu komponen dengan komponen pengajaran lainnya. Untuk itu, seorang guru harus memiliki wawasan yang mantap, profesional tentang strategi pengajaran yang sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang telah dirumuskan. Ada beberapa model pembelajaran IPS yang dapat digunakan untuk menumbuhkan minat serta motivasi siswa, antara lain :
1.      Model pengajaran langsung (direct instruction)
Model pengajaran ini didasari atas teori belajar sosial yang dikembangkan oleh John Dolard dan Albert Bandura berpendapat bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Atas dasar inilah, bahwa pengajaran langsung ini adalah siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan untuk tidak menyampaikan materi ajar terlalu kompleks.


2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut John Dewey, kelas seharusnya menjadi cerminan masyarakat yang lebih besar. Oleh karena itu, kegiatan di kelas perlu memberi pengalaman kepada siswa untuk bekerja secara kelompok. Setting/pengaturan dalam pembelajaran kooperatif memerlukan 3 (tiga) kondisi, antara lain :
1)      Adanya kontak langsung
2)      Sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok
3)      Adanya persetujuan antar anggota kelompok
Model pembelajaran kooperatif atau kelompok cukup penting karena siswa dapat bekerjasama dengan temannya, selain itu anggota kelompok yang lain dapat menolong anggota lainnya yang kurang mampu. Di samping itu, melatih anggota kelompok untuk dapat bersosialisasi dengan anggota kelompok lainnya sehingga secara tidak langsung melatih keterampilan siswa dalam bermasyarakat.
3. Model Belajar Melalui Penemuan (inkuiri)
Metode inkuiri  adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Misalnya seorang guru menyajikan topik kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa yang memancing pro-kontra sehingga menimbulkan motivasi serta rasa ingin tahu.
B. Penentuan Strategi Belajar-Mengajar IPS Dalam Konteks CBSA dan Keterampilan Proses
Tujuan dalam melakukan interaksi belajar-mengajar tertuang dalam tujuan instruksional khusus, yang merupakan tujuan pembelajaran secara eksplisit. Oleh karena itu, penyajian IPS untuk membantu mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan belajar-mengajar yang aktif. Cara belajar yang aktif  tampak dalam proses pengembangan ketrampilan siswa meliputi 3 (tiga) hal, yaitu praktis (psikomotorik), berpikir (kognitif), dan keterampilan sosial. Dengan mengacu kepada 3 (tiga) komponen keterampilan tersebut, hendaknya tujuan instruksional khusus harus berorientasi kepada ketiga hal tersebut, sehingga komponen pengajaran yang lainnya menjadi pendukung tercapainya tujuan instruksional khusus tersebut.
Komponen bahan atau materi ajar sebagai masukan/input perlu diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan. Pengorganisasian materi pengajaran hendaknya mempertimbangkan juga berbagai macam strategi pendekatannya, sehingga pada kegiatan belajar-mengajar aktivitas ada pada murid. Hal ini menjadi keharusan, karena memang muridlah yang menjadi orientasi dari setiap kegiatan belajar-mengajar.  Dalam kaitan ini, fungsi guru tidak lagi sebagai “centre oriented”, melainkan sebagai organisator, fasilitator, motivator dan evaluator  agar dapat tercapai hasil belajar yang optimal.
Setiap jenis metode mengajar yang dipilih membawa konsekuensi pengorganisasian kelas secara khusus. Metode merupakan salah satu komponen pembelajaran yang cukup berpengaruh, oleh karena itu, pemilihan metode pengajaran yang tepat harus sesuai dengan topik kajian atau materi yang akan disampaikan. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan atau kekurangan masing-masing, dengan demikian perlu dilakukan penerapan metode yang bervariasi. Menurut Azis Wahab, ada beberapa macam metode pembelajaran dalam IPS antara lain :
1)      Metode ceramah
2)      Metode tanya-jawab
3)      Metode diskusi
4)      Metode simulasi
5)      Metode penugasan
6)      Metode permainan (game)
7)      Metode cerita
8)      Metode karya wisata atau studi lapangan
9)      Metode sosio-drama
10)  Metode bermain peran (role playing)
11)  Metode pameran (eksposisi)
12)  Metode proyek.
Untuk pemilihan dan penerapan metode pembelajaran perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut :
ü  Sesuai dengan karakteristik topik kajian yang akan disampaikan
ü  Ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada
ü  Sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan siswa
Dalam proses belajar-mengajar dibutuhkan situasi yang mendukung antara lain pengaturan ruang kelas, penempatan meja-kursi yang tepat serta ditunjang penggunaan multi media pengajaran. Di akhir kegiatan pembelajaran, perlu dilakukan evaluasi agar kegiatan pembelajaran tidak lewat dari batas waktu yang telah ditentukan  dan keterikatan waktu ini menjadi tolak ukur keberhasilan kegiatan pendidikan.
Cara Belajar Siswa aktif (CBSA) pada hakekatnya menunjukkan keterlibatan siswa dalam belajar baik secara mental, emosional maupun fisik. CBSA menuntut digunakan strategi belajar yang bervariasi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Di dalam CBSA perlu ditegaskan bagaimana memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada murid secara maksimal baik dalam bentuk :
Ø  Menyerap informasi ke dalam struktur kognitif sehingga diperoleh kebermaknaan (meaningfulness) yang setinggi-tingginya.
Ø  Menghayati sendiri peristiwa-peristiwa untuk pembentukaan sikap dan internalisasi nilai-nilai.
Ø  Melakukan secara langsung di dalam pembentukan keterampilan yang menjalin perbuatan langsung dengan pengkajian teoritis fungsional.
 Kadar CBSA yang tinggi di dalam proses belajar-mengajar hanya mungkin ditingkatkan bila seorang guru benar-benar menyadari tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik dalam efek instruksional maupun efek pengiring. Sudah barang tentu penguasaan teknis serta materi pengajaran yang mantap menjadi prasyarat sebelum seorang guru bisa secara kreatif  merancang dan mengimplementasikan program belajar-mengajar.  Dengan pembelajaran IPS yang efektif dan menyenangkan maka diharapkan siswa memiliki kemampuan/keterampilan proses, maksudnya siswa dapat memperoleh keterampilan setelah diperoleh melalui proses belajar-mengajar. Dengan demikian pencapaian konsep CBSA dalam penentuan strategi belajar-mengajar akan dengan sendirinya tercapai pula makna keterampilan proses.


No comments:

Post a Comment