BAB VI
PENGORGANISASIAN
MATERI PENGAJARAN IPS
Pengorganisasian
materi pengajaran IPS dapat diartikan
sebagai upaya mengatur, menyusun isi pelajaran dan cara menyajikan isi
pelajaran yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Kalau isi
materi memberi jawaban atas pertanyaan
tentang “ materi apa yang akan diajarkan” sedangkan pengorganisasian materi pengaran IPS
memberi jawaban atas pertanyaan “pengalaman belajar (learning experiences)
yang bagaimananakah yang seharusnya diperoleh siswa dalam proses belajarnya”?
A. Pendekatan
Dalam Penyusunan Program Pengajaran IPS
1. Arti pendekataan
Secara harfiah,
pendekatan diartikan cara mendekati. Secara istilah, pendekatan berarti sudut
pandang atau cara umum dalam melihat dan bersikap yang digunakan orang dalam
upaya memecahkan suatu masalah.
2. Arti program
Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia tahun 1989, kata program diartikan sebagai
rancangan mengenai azas-azas serta usaha-usaha. Secara istilah, program
didefinisikan sebagai rancangan kegiatan yang harus dilaksanakan. Kaitannya
dengan proses belajar-mengajar, program
belajar-mengajar berarti rencana kegiatan belajar-mengajar yang akan dilakukan
guru-murid dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan
terlebih dahulu. Selain itu, guru juga harus memiliki strategi pengajaran yang
baik dan terukur sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan efektif dan
efisien. Yang dimaksud strategi mengajar adalah daya upaya guru dalam menyusun
komponen-komponen pengajaran menjadi suatu sistem lingkungan belajar sehingga
proses belajar-mengajar dapat berlangsung lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Yang termasuk komponen-komponen pengajaran meliputi tujuan pengajaran, materi, metode, evaluasi, sarana dan
prasarana pengajaran, dan administrasi.
3. Pendekatan Dalam Penyusunan Program IPS
Yang dimaksud
dengan pendekatan program IPS adalah pola berpikir guru dalam menentukan
pilihan dan pengembangan isi pelajaran dan cara mengorganisasi bahan ejaan dan
cara menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan terlebih duhulu. Ada beberapa macam pendekatan dalam penyusunan
program IPS, yaitu pendekatan struktural yang pernah diberlakukan sebelum
kurikulum tahun 1975. Pendekatan struktural artinya pendekatan yang hanya terletak pada satu sudut pandang
disiplin ilmu tertentu, seperti sudut pandang ekonomi, sudut pandang geografi,
sudut pandang agama saja, dan sebagainya. Namun, dalam perkembangannya sejalan
dengan dinamika perubahan penduduk dengan kompleksitas permasalahan yang
dihadapi, sehingga sebuah permasalahan tidak hanya dapat diselesaikan dengan
satu pendekatan saja, namun membutuhkan berbagai pendekatan lainnya, baik dari
dimensi agama, budaya, hukum, sehingga pemecahan masalah lebih menyeluruh
(integral), maka pendekatan struktural mulai ditinggalkan, dan digantikan
dengan pendekatan integral atau multidisiplin.
1)
Pendekatan
monodisiplin
Pendekatan
monodisiplin artinya pendekatan suatu topik atau masalah hanya menggunakan satu
cabang ilmu atau satu pendekatan saja. Selain pendekatan monodisiplin, dikenal
juga pendekatan struktural karena ditekankan adanya struktur atau disiplin ilmu
tertentu. Disebut juga pendekatan terpisah atau seperatif karena pendekatan itu
memisahkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya.
Dalam
pendekatan monodisiplin, struktur mata pelajaran disusun secara jelas dan
sistematika dari suatu disiplin ilmu. Disini berarti, bahan ajaran
diorganisasi/disusun berdasarkan ilmu pengetahuan tanpa mempertautkan dengan
disiplin ilmu lainnya. Hal ini mendorong untuk menyampaikan bahan ajaran secara
terpisah atau seperated subject approach. Sebagai contoh, pada materi
sejarah dikelolah sendiri dengan lebih menekankan aspek “waktu” sehingga
belajar sejarah sama halnya dengan menghafal waktu dari suatu peristiwa atau
kejadian. Contoh lain, pada materi
ajaran geografi yang dikelolah sendirinya dengan lebih menekankan pada aspek
keruangan atau core concept sehingga belajar Geografi sama halnya dengan
sekedar menghafal nama-nama tempat/obyek di muka bumi, nama dan letak
kota-kota, nama dan letak gunung, sungai , pulau, suku-suku bangsa dan
lain-lain.
2)
Pendekatan
multidisiplin dan interdisiplin
Pendekatan
multidisiplin adalah salah satu
pendekatan dalam IPS di mana menelaah dan mengungkapkan gejala dan masalah
sosial dengan memanfaatkan lebih dari satu konsep , teori, dan metode disiplin
ilmu. Secara teoritis, pendekatan interdisiplin dan multidisiplin ini akan
menghasilkan suatu uraian yang jumlahnya banyak secara otonom. Namun demikian,
kaitan dari setiap pendekatan tersebut akan dapat dilihat dari analisisnya.
Pendekatan
interdisiplin dapat diartikan suatu pendekatan yang lebih bersifat komprehensif
dan terpadu. Kalau dalam pendekatan multidisiplin masih terlihat dalam
perdisiplin, sedangkan pendekatan interdisiplin terdapat satu kesatuan
analisis, yang terjalin dalam satu keseluruhan, dalam arti pengkaitan itu sudah
berada di dalam suatu kerangka yang satu dan bulat.
3)
Pendekatan
lingkungan meluas
Pendekatan
lingkungan meluas adalah suatu cara dalam mengurutkan sebuah materi dari yang mudah
, expanding approach atau spiral approach.
Pendekatan
lingkungan meluas ini sasaran bahan ajarannya dapat meliputi dari banyak aspek,
seperti aspek kehidupan, aspek lingkungan alam, aspek keilmuan. Oleh karena
itu, dikenal dengan beberapa istilah dalam menyebutkan pendekatan lingkungan
meluas, seperti pendekatan masyarakat meluas (expanding community approach),
pendekatan lingkungan meluas (expanding enviromental approacch), pendekatan
sistematik meluas (interdicipliniory approach) dan pendekatan multi
kultural (multi cultural approach). Di bawah ini beberapa contoh
pendekatan lingkungan meluas atas dasar aspek-aspek tertentu :
Dalam contoh ini lingkungan yang dipakai sebagai dasar kajian
adalah batas wilayah administrasi pemerintah negara RI. Bahan ajar dimulai
dengan mengenalkan anak pada lingkungan RT/RW dengan batas-batas wilayah dan
kondisi lingkungan alam dan lingkungan fisik.
Lingkungan alam seperti kawasan hutan, dataran rendah, gunung, sungai,
sedangkan lingkungan fisik seperti prasarana jalan raya, jalan kereta api,
sedangkan perluasan wilayah administrasi mulai dari wilayah desa, kelurahan,
kecamatan, kabupaten (Dati II), dan seterusnya. Secara skematik dapat
digambarkan sebagai berikut :
Wilayah
|
Wilayah
|
Wilayah
|
Wilayah
|
Wilayah
|
Wilayah
|
RT/RW
|
Desa/Kelurahan
|
Kecamatan
|
Kab/DATI II
|
Prop/DATI I
|
Neg/Ant-Prop
|
4. Pendekatan
Masyarakat Meluas (expanding community approach)
Dalam hal ini,
bahan ajar dimulai dengan membicarakan tentang keluarga sebagai kesatuan unit
terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya,
hubungan dan status antar individu dalam keluarga, fungsi masing-masing
anggota, sistem nilai yang berlaku dalam keluarga, adat istiadat yang dianut
dan sebagainya.
5. Pendekatan
tematik meluas (Expanding thematical approach)
Dalam hal ini,
bahan ajar dimulai dari studi kasus yang
dapat diamati langsung oleh anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Seperti
penebangan hutan secara besar-besaran setelah itu baru pembahasan yang lebih
meluas dan bertalian seperti masalah ekosistem, dan upaya pelestariannya.
6. Pendekatan
interdisiplin (Interdisiplinory approach)
Merupakan
perluasan dari pendekatan monodisiplin ke pendekatan multidisplin dan interdisiplin
(komprehensif/terpadu).
7. Pendekatan situasi kehidupan
Dalam hal ini,
pendekatan situasi kehidupan adalah cara mengorganisasi bahan ajaran dengan
berorientasi kepada keadaan kehidupan nyata (riil) masyarakat. Pendekatan ini
dikenal juga dengan pendekatan kemasyarakatan.
Pendekatan yang berorientasikan masyarakat ini digunakan untuk membahas
kegiatan-kegiatan kehidupan masyarakat yang riil di sekitar anak dengan
mengambil bahan masyarakat sebagai fokusnya.
Dalam menyusun
bahan dan kegiatan belajar IPS, ada beberapa aspek masyarakat yang perlu diperhatikan
pada saat menyusun program pengajaran IPS, antara lain
a)
Aspek
kemanusiaan
b)
Aspek
sosial
c)
Aspek
ekonomi dalam kehidupan masyarakat
d)
Aspek
budaya
e)
Aspek
politik
f)
Aspek
lingkungan alam dan lingkungan fisik
g)
Aspek
perkembangan
B. STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR IPS
A. Hakekat Strategi Belajar-Mengajar
Dalam kaitannya
dengan kegiatan belajar-mengajar, strategi belajar adalah daya upaya guru dalam
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terciptanya proses belajar-mengajar.
Maksudnya ialah agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai
secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu, diperlukan sebuah ketrampilan
berbagai komponen pengajaran seperti tujuan, materi, pendekatan, metode, media,
evaluasi dan lain sebagainya sehingga terjalin keterkaitan antara satu komponen
dengan komponen pengajaran lainnya. Untuk itu, seorang guru harus memiliki
wawasan yang mantap, profesional tentang strategi pengajaran yang sesuai dengan
tujuan-tujuan belajar yang telah dirumuskan. Ada beberapa model pembelajaran
IPS yang dapat digunakan untuk menumbuhkan minat serta motivasi siswa, antara
lain :
1.
Model
pengajaran langsung (direct instruction)
Model
pengajaran ini didasari atas teori belajar sosial yang dikembangkan oleh John
Dolard dan Albert Bandura berpendapat bahwa sebagian besar manusia belajar
melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Atas
dasar inilah, bahwa pengajaran langsung ini adalah siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan untuk tidak menyampaikan materi ajar terlalu
kompleks.
2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut John Dewey, kelas seharusnya menjadi cerminan masyarakat
yang lebih besar. Oleh karena itu, kegiatan di kelas perlu memberi pengalaman
kepada siswa untuk bekerja secara kelompok. Setting/pengaturan dalam
pembelajaran kooperatif memerlukan 3 (tiga) kondisi, antara lain :
1)
Adanya
kontak langsung
2)
Sama-sama
berperan serta dalam kerja kelompok
3)
Adanya
persetujuan antar anggota kelompok
Model
pembelajaran kooperatif atau kelompok cukup penting karena siswa dapat
bekerjasama dengan temannya, selain itu anggota kelompok yang lain dapat
menolong anggota lainnya yang kurang mampu. Di samping itu, melatih anggota
kelompok untuk dapat bersosialisasi dengan anggota kelompok lainnya sehingga
secara tidak langsung melatih keterampilan siswa dalam bermasyarakat.
3. Model Belajar Melalui Penemuan (inkuiri)
Metode inkuiri
adalah suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari
suatu disiplin ilmu. Misalnya seorang guru menyajikan topik kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa yang memancing pro-kontra sehingga menimbulkan
motivasi serta rasa ingin tahu.
B. Penentuan
Strategi Belajar-Mengajar IPS Dalam Konteks CBSA dan Keterampilan Proses
Tujuan dalam
melakukan interaksi belajar-mengajar tertuang dalam tujuan instruksional khusus,
yang merupakan tujuan pembelajaran secara eksplisit. Oleh karena itu, penyajian
IPS untuk membantu mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan
belajar-mengajar yang aktif. Cara belajar yang aktif tampak dalam proses pengembangan ketrampilan
siswa meliputi 3 (tiga) hal, yaitu praktis (psikomotorik), berpikir (kognitif),
dan keterampilan sosial. Dengan mengacu kepada 3 (tiga) komponen keterampilan
tersebut, hendaknya tujuan instruksional khusus harus berorientasi kepada
ketiga hal tersebut, sehingga komponen pengajaran yang lainnya menjadi
pendukung tercapainya tujuan instruksional khusus tersebut.
Komponen bahan
atau materi ajar sebagai masukan/input perlu diorganisasi sedemikian rupa
sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan. Pengorganisasian materi pengajaran
hendaknya mempertimbangkan juga berbagai macam strategi pendekatannya, sehingga
pada kegiatan belajar-mengajar aktivitas ada pada murid. Hal ini menjadi
keharusan, karena memang muridlah yang menjadi orientasi dari setiap kegiatan
belajar-mengajar. Dalam kaitan ini,
fungsi guru tidak lagi sebagai “centre
oriented”, melainkan sebagai organisator, fasilitator, motivator dan
evaluator agar dapat tercapai hasil
belajar yang optimal.
Setiap jenis
metode mengajar yang dipilih membawa konsekuensi pengorganisasian kelas secara
khusus. Metode merupakan salah satu komponen pembelajaran yang cukup
berpengaruh, oleh karena itu, pemilihan metode pengajaran yang tepat harus
sesuai dengan topik kajian atau materi yang akan disampaikan. Setiap metode
pembelajaran memiliki kelebihan atau kekurangan masing-masing, dengan demikian
perlu dilakukan penerapan metode yang bervariasi. Menurut Azis Wahab, ada
beberapa macam metode pembelajaran dalam IPS antara lain :
1)
Metode
ceramah
2)
Metode
tanya-jawab
3)
Metode
diskusi
4)
Metode
simulasi
5)
Metode
penugasan
6)
Metode
permainan (game)
7)
Metode
cerita
8)
Metode
karya wisata atau studi lapangan
9)
Metode
sosio-drama
10)
Metode
bermain peran (role playing)
11)
Metode
pameran (eksposisi)
12)
Metode
proyek.
Untuk pemilihan
dan penerapan metode pembelajaran perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria
sebagai berikut :
ü Sesuai dengan karakteristik topik kajian yang akan disampaikan
ü Ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada
ü Sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan siswa
Dalam proses
belajar-mengajar dibutuhkan situasi yang mendukung antara lain pengaturan ruang
kelas, penempatan meja-kursi yang tepat serta ditunjang penggunaan multi media
pengajaran. Di akhir kegiatan pembelajaran, perlu dilakukan evaluasi agar
kegiatan pembelajaran tidak lewat dari batas waktu yang telah ditentukan dan keterikatan waktu ini menjadi tolak ukur
keberhasilan kegiatan pendidikan.
Cara Belajar
Siswa aktif (CBSA) pada hakekatnya menunjukkan keterlibatan siswa dalam belajar
baik secara mental, emosional maupun fisik. CBSA menuntut digunakan strategi
belajar yang bervariasi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Di dalam
CBSA perlu ditegaskan bagaimana memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada murid secara maksimal baik dalam bentuk :
Ø Menyerap informasi ke dalam struktur kognitif sehingga diperoleh
kebermaknaan (meaningfulness) yang setinggi-tingginya.
Ø Menghayati sendiri peristiwa-peristiwa untuk pembentukaan sikap dan
internalisasi nilai-nilai.
Ø Melakukan secara langsung di dalam pembentukan keterampilan yang
menjalin perbuatan langsung dengan pengkajian teoritis fungsional.
Kadar CBSA yang tinggi di dalam proses
belajar-mengajar hanya mungkin ditingkatkan bila seorang guru benar-benar
menyadari tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik dalam efek instruksional maupun
efek pengiring. Sudah barang tentu penguasaan teknis serta materi pengajaran
yang mantap menjadi prasyarat sebelum seorang guru bisa secara kreatif merancang dan mengimplementasikan program
belajar-mengajar. Dengan pembelajaran
IPS yang efektif dan menyenangkan maka diharapkan siswa memiliki
kemampuan/keterampilan proses, maksudnya siswa dapat memperoleh keterampilan
setelah diperoleh melalui proses belajar-mengajar. Dengan demikian pencapaian
konsep CBSA dalam penentuan strategi belajar-mengajar akan dengan sendirinya
tercapai pula makna keterampilan proses.
No comments:
Post a Comment