Wednesday 3 September 2014

Model Pembelajaran



1.      STRATEGI PEMBELAJARAN CTL
a.      Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Ctl adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. menurut Johnson (2002) Ctl adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa  melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara  menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
b.      Dasar Teori Model Pembelajaran Kontekstual
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengrtahuan bahwa alam semesta itu  hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta itu di tpang oleh tiga prinsip yang saling-bergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran. Ada tiga pilar dalam system CTL, yaitu:
v  CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah  dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan kornunitas.
v  CTL mencerminkan prinsip diferensiasi, Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk berkerja sama, untuk menghasilkan gagasan  dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
v  CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat mamfaat dari umpan balik  yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyanyi.




Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi yang diberlakukan saat ini dan secara operasional tertuang pada KTSP. Kehadiran kurikulum berbasis kompetensi juga dilandasi oleh pemikiran bahwa berbagai kompetensi akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual.
c.       Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut.
Ø  Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
Ø  Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
Ø  Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Ø  Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman.
Ø  Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam.
Ø  Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama.
Ø  Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif.
d.      Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL dalam kelas sebagai berikut.
1)      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2)      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3)      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4)      Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
5)      Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6)      Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7)      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
e.       Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dari konsep tersebut, minimal tiga hal yang terkandung di dalamnya. Pertama, Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, Pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya Pembelajaran kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. (Syaefudin, 2009:168-172) Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Komponen tersebut antara lain konstruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic assessment).
1)      Konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya.
2)       Inkuiri.
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu : (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesa, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis, (5) membuat kesimpulan. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional maupun pribadinya.
3)      Bertanya (questioning).
Bertanya (questioning). Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: (1) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran; (2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; (3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu; (4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan; dan (5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4)       Masyarakat belajar (learning community).
Masyarakat belajar (learning community). Dalam pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat belajar dapat dialukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.Dalam model CTL hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orng lain, teman , antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran.






5)      Pemodelan (modeling).
Pemodelan (modeling). Maksudnya adalah, proses pembelajaran dengan menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasionalkan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara mengggunakan thermometer dan lain sebagainya.
Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme.
6)      Refleksi (reflection).
Refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya dunia pendidikan.
7)      Penilaian nyata (authentic assessment).
Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa baik intelektual, mental, maupun psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar dari pada sekedar hasil belajar. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajarn berlangsung, dan dilakukan secara terintregasi. Dalam CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya di tentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.
2.      STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
a.      Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif
     Pembelajaran kooperatif ( Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk berkerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaraan kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Ada lima unsur dalam pembelajaran ini menurut Johnson & Johnson, 1993, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.  Dalam strategi Pembelajaran ini, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu..
     Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok. Melalui strategi pembelajaran ini, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Memungkinkan juga semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
     Disini guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam PBM, tetapi sebagai mediator, stabilisator dan manajer pembelajaran. Belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat.
B. Konsep Pokok Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community).Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi  dari sesama siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
C.      Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pertama, Positive interdependence, hal ini menunjukkan adanya saling ketergantungan diantara anggota kelompok. Bila salah satu gagal, maka yang lain akan ikut gagal. Jadi setiap anggota harus berusaha keras agar tercapai keberhasilan individual, karena setiap individu yang gagal dan berhasil akan saling mempengaruhi.
Kedua, Individual accountability, jadi setiap individu mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kelompok agar hasil belajar menjadi baik.
Ketiga, Face to face promotive interaction, maksudnya adalah setiap anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar tujuandan tugas yang diberikan dapat dikuasai oleh semua anggota kelompok.
Keempat, Appropriate use of collaborative skills, dalam kelompok ini setiap individu berlatih untuk dapat dipercaya, mempunyai jiwa kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi, dan memiliki keterampilan untuk mengatur konflik.
Kelima, Group processing, artinya setiap anggota harus dapat mengatur keberhasilan kelompok, secara berkala mengevaluasi kelompoknya, serta mengidentifikasi perubahan yang akan dilakukan agar pekerjaan kelompoknya lebih efektif lagi.


b.       Tujuan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran, Ibrahim, ddk (2000:78) sebagai berikut:
Pertama, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa strategi ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Strategi struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Kedua, penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Ketiga, mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
            Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik harus mempelajari keterampilan keterampilan khusus atau peserta didik harus mempelajari keterampilan keterampilan khusus ang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan. Keterampilan keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk (2000:47 55) antara lain:
A.    Keterampilan-keterampilan sosial
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain
B.     Keterampilan berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa-siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadp kelompok mereka.
C.     Keterampilan Berperan Serta
Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok.
D.    Keterampilan-keterampilan komunikasi
Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu tidak ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.
E.     Keterampilan-keterampilan kelompok
Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok dimana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka
C.  Prinsip Strategi Pembelajaran Koperatif
Strategi pembelajaran kooperatif ini terdiri dari tiga prinsip yaitu:
A.    Belajar aktif
Yaitu ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional dalam proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama didalam kelompok.
B.      Pendekatan Konstruktivistik
Dalam strategi pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan secara bersama-sama didalam kelompok. Mereka didorong umtuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan.
C.      Pendekatan Kooperatif
Pendekatan ini mendorong dari memberi kesempatan kepada siswa untuk terampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat.
Sedangkan Prinsip dari strategi pembelajaran kooperatif adalah:
1)      Kemampuan kerjasama
2)      Otonomi Kelompok
3)      Interaksi Bersama
4)      Keikutsertaan bersama
5)      Tanggung jawab individu
6)      Ketergantungan Positif
7)      Kerjasama merupakan suatu nilai
c.       Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan:
1.      Melalui Strategi pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan dapat belajar dari siswa yang lain.
2.      Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengembangkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain
3.      Strategi pembelajaran koopratif dapat membantu anak untuk respect pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan
4.      Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
5.      Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial
6.      Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).
8.      Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Kekurangan :
1.      Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu.
2.      Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran langsung didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
3.      Keberhasilan strategi pembelajaran langsung dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang
d.      Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran
            Dalam memulai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, maka guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Guru kemudian mengorganisasikan materi tugas yang akan dikerjakan bersama-sama dalam kelompok dengan mengembangkan lembar kerja siswa. Untuk memulai pembelajarannya, guru menjelaskan tujuan yang harus diperlihatkan siswa terlebih dahulu.
            Dalam menyampaikan materi pembelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan perlakuan guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk.
D.    STRATEGI PEMBELAJARAN BASED LEARNING
a.      Pengertian Strategi Pembelajaran Based Learning
Based learning adalah merupakan membuat siswa berfikir, menyelesaikan masalah, dan menjadi pembelajar yang otonom bukan tujuan baru bagi pendidik. strategi pengajaran di mana satu kelas dibagi beberapa kelompok, kemudian diberi masalah dan siswa bersama-sama memecahkan masalah tersebut. Satu kelas dibagi beberapa kelompok yang mesing-masing kelompok terdiri dari 3-6 orang untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah, bisa dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas.

Dalam satu kelompok ini, mereka mempunyai tugas diantaranya:
  1. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi
  2. Menampilkan saran-saran untuk mendiskusikan atau memecahkan masalah
  3. Mendengarkan baik-baik dan menghargai sumbangan pikiran anggota-anggota lainnya
  4. Mengembangkan pendapat atas dasar pendapat anggota lainnya
Memecahkan masalah merupakan metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya. Metode ini dapat didasarkan pada penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pengajaran yang aktif. Yang penting ialah, bahwa setiap metode yang digunakan mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar sanggup memecahakn masalah. Langkah-langkah yang diikuti dalam pemecahan masalah, pada umumnya seperti yang dikemukakan oleh John Dewey, yaitu:
  1.      Pelajar dihadapkan pada masalah
  2.      Pelajar merumusakan masalah itu
  3.      Pelajar merumuskan hipotesis
  4.      Pelajar menguji hipotesis tersebut
b.      Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam based learning adalah:
1.      Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa.Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan sampai tahap evaluasi. Soal-soal pelajaran dikemas semenarik mungkin, misalnya melalui teka-teki, simulasi games, agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.
2.      Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri siswa. seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.
3.      Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya.
Selain itu, alasan menggunakan metode based learning ialah:
1.      Meningkat pendidikan untuk semua siswa
  1. Mengubah pola mengajar dari memberitahu ke melakukan
  2. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan membuat keputusan sendiri
  3. Memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi tentang bagaimana mereka akan menemukan jawaban pertanyaan atau memecahkan masalah
  4. Memungkinkan siswa melek teknologi
  5. Melengkapi siswa dengan keterampilan dan rasa percaya diri untuk sukses pada kompetisi global
  6. Mengajarkan inti kurikulum dengan cara interdisiplin
Contoh metode based learning: Guru memberikan suatu studi kasus mengenai kondisi suatu daerah tertentu yang kekurangan gizi sehingga menyebabkan rendahnya produksi daerah tersebut. Maka para siswa diminta untuk menyelesaikan dua masalah yang saling berkaitan itu dengan mempertimbangkan kondisi daerah itu secara keseluruhan termasuk soal keuangan, kelembagaan dan sumber-sumber lainnya yang tersedia bagi pembangunan.
  1. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik
  2. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar berbagai peran orang dewasa dengan terlibat dalam pengalaman nyata/simulasi
  3. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
  4. Penyelidikan autentik
  5. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
  6. Menghindari pembelajaran terisolasi dan berpusat pada guru
  7. Menciptakan pembelajaran interdisiplin, berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama
  8. Terintegrasi dengan dunia nyata dan pengalaman praktis
  9. Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang
  10. Pembelajaran berpusat pada siswa.
  11. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil.
  12. Guru berperan sebagai tutor dan pembimbing.
  13. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran
  14.  Masalah adalah kenderaan untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
  15.  Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.
Berikut ini adalah Tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan Metode ini:
  1. Mengembangkan pengetahuan, tentang apakah yang dilakukan dan bagaimana melakukan hal tersebut
  2. Mengembangkan sikap, tentang keinginan atau kemauan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari
  3. Mengembangkan keterampilan, tentang abilitas untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui proses latihan pada pekerjaan tertentu.
  4. Melatih siswa berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah,
  5. Melatih siswa menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated learning)
  6. Memperluas pandangan
  7. Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah
  8. Siswa mamapu menyatakan pendapatnya secara lisan. Hal itu melatih kehidupan yang demokratis.
  9. Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berparisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama
  10. Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
  11. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif
  12. Membantu mengembangkan kepemimpinan
  13. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
  14. Mengembangkan rasa sosial, karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal
  15. Sementara itu, guru mempunyai peran sebagai berikut:
  16. Mengajukan masalah otentik/mengorientasikan siswa/mahasiswa kepada masalah
  17. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan pada saat pengamatan atau eksperimen
  18. Memfasilitasi dialog antara siswa
  19. Mendukung belajar siswa
  20. Memberikan instruksi verbal kepada siswa untuk membantu siswa memecahkan masalah. Instruksi verbal maksudnya ialah membimbing atau menjuruskan pemikiran pelajar itu ke arah tertentu.
e.       Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan
  1. Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
  2. Menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Karena pemecahan masalah dilakukan oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada memecahkan masalah secara perseorangan
  3. Meningkatkan kemungkinan siswa berpikir kritis
  4. Dapat mengembangkan rasa kepemimpinan
  5. Siswa dapat belajar memehami siswa lain karena pendapat setiap siswa selalu berbeda
  6. Dapat saling membantu dalam memecahkan masalah
  7. Meningkatkan keakraban antar siswa
  8. Membuat siswa lebih aktif
  9. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
  10. Menimbulkan ide-ide baru
b. Kelemahan
  1. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan . Sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan
  2. Seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi dan menyebabkan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton
  3. Kadangkala, terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
  4. Seingkali anggota kelompok mencoba mendominasi pembicaraan, sedangkan anggota lainnya mungkin segan untuk ikut berpartisipasi.
  5. Model pembelajaran Based Learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat siswa yang malas semakin malas
  6. Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih aktif
f.       Penerapan Strategi Pembelajaran Based Learning dalam Pembelajaran
Untuk meningkatkan hasil belajar Geografi, diperlukan model pembelajaran interaktif, menarik, di mana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, dan lebih mengutamakan proses daripada hasil. Selain itu, diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif, baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran ini berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah bersama temannya serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Lebih jauh lagi, melalui model pembelajaran tersebut, siswa mengerti makna belajar, manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Muncul kesadaran bahwa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidup mereka nantinya.
g.      Bentuk Evaluasi PBL
Prosedur-prosedur evaluasi harus selalu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai tugas evaluasi untuk PBL  tidak cukup hanya dalam bentuk tes-tes tertulis,tetapi memerlukan asesmen performance, assesment portofolio, assesment autentik. Beberapa bentuk evaluasi untuk PBL antara lain:  Tes pemahaman, checklit, rating skill.






DAFTAR PUSTAKA
Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Yuma Pustaka

No comments:

Post a Comment