Tuesday 2 September 2014

Perkembangan Peserta Didik



BAB VI

TUGAS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PRIBADI, PENDIDIKAN DAN KARIER, DAN KEHIDUPAN BERKELUARGA

A.  Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai Individu
1.   Pengertian Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya
Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Posisinya sebagai makhluk individu, seseorang menyadari bahwa dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri pribadi, baik fisik  maupun nonfisik. Kebutuhan diri pribadi tersebut meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan sosio-psikologis. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik amat penting dalam perkembangan dan pembentukan pribadi seseorang.
Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang utuh dan lengkap dan memiliki ciri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap, seorang individu berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti mampu mengurus diri sendiri sampai dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Untuk itu diperlukan penguasaan situasi untuk menghadapi berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kestabilan pribadinya.
Kekhususan kehidupan pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-masalah yang tidak dapat disamakan dengan individu yang lain. Oleh karenanya, setiap pribadi akan dengan sendirinya menampakkan ciri yang khas yang berbeda dengan pribadi yang lain. Di samping itu, dalam kehidupan ini diperlukan keserasian antara kebutuhan fisik dan nonfisiknya. Kebutuhan fisik tiap orang perlu pemenuhan, misalnya seseorang perlu bernapas dengan lega, perlu makan enak dan cukup, perlu kenikmatan, dan perlu keamanan. Berkaitan dengan aspek sosio-psikologis, setiap pribadi membutuhkan kemampuan untuk menguasai sikap dan emosinya serta sarana komunikasi untuk bersosialisasi. Hal itu semua akan tampak secara utuh dan lengkap dalam bentuk perilaku dan perbuatan yang mantap. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi merupakan bentuk integrasi antara faktor fisik, sosial budaya, dan faktor psikologis. Di samping itu, seorang individu juga membutuhkan pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari luar keluarganya. Tiap orang mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu mempertahankan harga diri tersebut.
2.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Seseorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya.
Bahwa perkembangan kehidupan seseorang ditentukan pula oleh faktor keturunan dan lingkungan. Aliran nativisme menyatakan bahwa seorang individu akan menjadi "orang" sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan dan sifatnya yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran empirisme mengatakan sebaliknya bahwa seorang individu diibaratkan sebagai kertas/lilin yang masih putih bersih. Ia akan menjadi "manusia" seperti yang dikehendaki oleh lingkungan. Kedua aliran itu menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersama-sama saling memberi andil "menjadikan manusia sebagai manusia". Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah "aliran konvergensi.
3.  Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang amatlah kompleks dan heterogen. Baik lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula sesuai dengan lingkungan di mana mereka dibesarkan.
Dua orang anak yang dibesarkan di dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu ditentukan oleh bagaimana mereka masing-masing berinteraksi dan mengintegrasikan dirinya dengan lingkungannya.
4. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya, dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini.  Dengan  demikian, tingkah laku seseorang  juga dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal per­kembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang anak akan berperilaku mantap, yaitu: mampumenghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
5.    Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi yang merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan, perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal:
a.  Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik.
Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam
kehidupan perlu ditanamkan secara benar.
b.  Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri
dengan penuh tanggung jawab.
c.  Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama,
terutama dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola ke­
hidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh
masyarakat.
d.  Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan
melatih cara merespon berbagai masalah yang dihadapi.
e.  Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab
dan disiplin.
f.  Melakukan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Di dalam keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang
lain dan keteladanan.
Di samping perlu diciptakan suasana keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang, seperti orang tua di dalam keluarga, guru di sekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang perlu ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prinsip yang maton (dapat dipercaya).
B. Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu, dengan demikian ia (mereka) selalu berupaya mengejar pengetahuan. Atas dasar hakikat inilah maka manusia senantiasa terus belajar, mencari tahu banyak hal. Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan (belajar) seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayatnya.
Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang dialami oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan atau kehidupan masyarakat. Sedang kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja. Seperti dikatakan oleh Garrison (1956) bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja masuk ke dunia kerja itu merupakan awal pengalamannya dalam kehidupan berkarya (berkarier). Pada hakikatnya kehidupan anak (remaja) di dalam pen­didikan merupakan awal kehidupan kariernya. Baik di dalam kehidupan pendidikan maupun kehidupan karier, para remaja memperoleh penga­laman yang menggambarkan adanya pasang surut.
A. Karakteristik Kehidupan Pendidikan dan Karier
Belajar  itu akan  lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhannya untuk belajar. Pada usia remaja, telah mulai jelas terbentuknya cita-cita dewasa nanti. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa remaja telah memiliki minat yang jelas terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu remaja secara sadar telah mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan sarana pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Pada dasarnya belajar atau mengikuti pendidikan tertentu merupakan persiapan baginya untuk suatu pekerjaan. Hal inilah yang membimbing remaja menentukan pilihan jenis pendidikan yang akan diikuti.
Anak masuk SLTP pada usia 13-14 tahun atau pada usia awal remaja (pre-adolescence). Mereka mulai mengenal sistem baru dalam sekolah, antara lain perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai macam sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam. Begitu pula anak mulai mengenal berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari dengan berbagai karakteristiknya. Di SLTP belum ada masalah pemilihan jurusan,  tetapi untuk tingkat SLTA,  saat anak berusia sekitar 15-18 tahun, pemilihan jurusan itu telah pula diperkenalkan.
Dengan demikian, mereka memiliki tiga lingkungan pendidikan yang pola dan karakteristiknya berbeda-beda. Remaja memiliki tiga lingkungan kehidupan, yang ketiga-tiganya mempunyai corak yang berbeda-beda serta masing-masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan itu ialah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan hal itu.
B. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga-keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila. Ada keluarga dalam mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang saleh dan senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Banyak corak dan pola penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok pola pendidikan, yaitu pendidikan otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal. Dalam pendidikan yang bercorak otoriter, anak-anak senantiasa harus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang pada pendidikan yang bercorak liberal, anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis. Makna pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hadjar Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan pen­didikan itu hendaknya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang artinya: Di depan memberi contoh di tengah membimbing, dan di belakang memberi semangat.
C. Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang dikenal anak-anak. Anak remaja telah banyak mengenal karakteristik masya­rakat dengan berbagai norma dan keragamannya. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan dan diikuti oleh anggota masyarakat, dan dengan demikian para remaja perlu mema-hami hal itu. Tidak jarang para remaja berbeda pandangan dengan para orang tua, sehingga norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat yang sedang berlaku. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pembentukan pribadi remaja. Perbedaan ini dapat mendorong para remaja untuk membentuk kelompok-kelompok sebaya yang memiliki kesamaan pandangan.
Di balik itu di dalam masyarakat terdapat tokoh-tokoh yang me­miliki pengaruh kuat terhadap pola hidup masyarakatya. Namun hal itu terkadang tidak mampu mempengaruhi kehidupan remaja, akibatnya para remaja kadang-kadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan masyarakat, atau para remaja dengan sengaja menghindari dari aturan dan ketentuan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyarakat banyak membentuk atau mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau kursus-kursus yang secara sengaja disediakan untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya di kemudian hari.
D. Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi para remaja pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Di mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di kemudian hari.  Mereka menyadari jika prestasi atau hasil yang dicapai di sekolah itu baik, hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya di kemudian hari menjadi cerah, tetapi sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya kurang baik, hal itu dapat berakibat gelapnya masa depan mereka.
Bahwa pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan pendidikan masing-masing remaja. Lingkungan teman sebaya akan  memberikan peluang bagi remaja (laki-laki atau wanita) untuk menjadi lebih matang. Di dalam kelompok sebaya berkesempatan seorang gadis  untuk menjadi seorang wanita dan perjaka untuk menjadi seorang laki-laki serta belajar mandiri sesuai dengan kodratnya.
3. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Kdarier terhadap Tingkah Laku dan Sikap
Pada jenjang pendidikan dasar yang kurikulumnya masih sangat umum, sekolah tersebut menyediakan pelajaran dasar yang belum bermakna sebagai pembekalan anak-anak untuk siap bekerja dan belum terarah kepemberian keterampilan tertentu untuk terjun ke dunia kerja di dalam masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan pandangan yang
macam-macam bagi para remaja beserta orang tua mereka, terutama
bagi keluarga yang kurang mampu. Banyak pandangan yang menyatakan bahwa sekolah itu kurang membawa manfaat bagi hidupnya, mereka (golongan yang sosial ekonominya lemah) memandang bahwa sekolah tidak dapat memberikan pekerjaan baginya. Hal ini akan mempengaruhi sekali sikap mereka terhadap pendidikan sekolah tersebut.
Sikap remaja terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik guru yang mengajarnya. Guru yang "baik" di mata para siswa tidak hanya tergantung kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan tergantung pada banyak faktor. Guru yang baik itu adalah guru yang akrab dengan siswanya dan menolong siswa dalam pelajaran. Hal ini sering disalahartikan, karena "menolong atau membantu" disamakan dengan memberikan nilai tinggi atau meluluskan. Padahal sekolah, dalam hal ini para guru, memberikan bimbingan dan menilai atas dasar objektivitas yang tidak disertai faktor emosional.
1.      Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pendidikan dan Karier     
Sebagaimana diuraikan di bagian lain, tentang perkembangan intelek, bahwa pencapaian tingkat pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam kenyataannya IQ setiap individu berbeda-beda, maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, kehidupan pendidikan akan sangat bervariasi atau berbeda-beda seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir atau IQ.
Berhubung kehidupan pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karier, maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam ke­hidupan kariernya." Kehidupan karier seseorang juga berbeda-beda.
2.       Upaya Pengembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
Menghadapi tiga lingkungan pendidikan yang berbeda-beda, dapat menyebabkan peserta didik mengalami kebingungan untuk mengikutinya. Pertentangan dan atau perbedaan norma antara masing-masing ling­kungan amat besar kemungkinannya akan terjadi. Untuk itu, hubungan antara ketiga pelaksana pendidikan itu satu sama lain harus mengadakan pendekatan untuk mencapai keharmonisan program.
Orang tua perlu memahami kemajuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah dan di luar keluarga. Hal ini amat tinggi nilainya, karena dengan norma dan ketentuan yang tidak terlalu jauh berbeda antara rumah, sekolah, dan masyarakat keharmonisan hidup dapat dicapai.
Salah satu perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak adalah bahwa pada orang dewasa kegiatan yang dilakukan lebih berorientasi kepada kerja-kerja produktif, sedang anak-anak masih diwarnai unsur bermain. Remaja berada di antaranya, artinya kegiatan kerja yang dilakukan belum sepenuhnya untuk maksud-maksud produktif, ia (mereka) kadang-kadang berpikir tentang kerja, yang umumnya sebagai pekerja sambilan (part-time worker) dan kadang-kadang perhatiannya sama sekali tidak pada pekerjaan. Remaja yang usianya berkisar 13 s.d. 19 tahun di dunia karier relatif masih muda dan berada pada posisi awal. Untuk itu, maka perlu dibedakan karier remaja awal, yang karena kondisinya pada usia 13-16 tahun hams masuk ke dunia kerja.
Mereka masih banyak menghadapi masalah, Baik masalah fisik maupun psikologis. Secara fisik remaja belum siap untuk kerja. tetapi bagi anak tertentu bekerja di usia muda itu merupakan "keterpaksaan". Secara psikologis mereka belum- siap mental
belum dapat secara penuh bertanggung jawab, masih sangat emosional dan belum mandiri. Di dunia kerja, remaja tersebut menghadapi kondisi dilematis, antara bermain dan bekerja. Proses pemilihan kerja sebenarnya telah berlangsung sejak dini,
di saat anak itu menetapkan pilihan sekolah. Para remaja telah berkemampuan untuk menarik keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan yang belum mantap. Oleh karenanya, mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing.  Banyak faktor yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan pekerjaan, antara lain adalah minat dan kemampuan, jenis kelamin, latar belakang orang tua dan kondisi sosial ekonominya, dan jenis  pekerjaan itu sendiri. Secara biologis pada usia remaja telah siap untuk melakukan pekerjaan, atau dengan kata lain telah siap untuk bekerja. Secara hukum, usia remaja yaitu antara 16-19 tahun telah dibenarkan untuk melakukan pekerjaan.
Dalam periode pilihan realistis (17/18 - dan yang leblh tua) remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, yaitu mencari berbagai alternatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan pilihan karier. Tetapi tahap spesifikasi yang merupakan tugas perkembangan akhir dalam pilihan karier seseorang, di mana seseorang telah memiliki suatu pekerjaan yang relatif tetap berusaha untuk memilih tugas-tugas tertentu atau posisi-posisi spesifik, tentunya belum merupakan bagian dari perkembangan karier remaja.
3.       Masalah yang Dihadapi
Dalam proses perkembangan karier itu remaja sering mengalami berbagai masalah dan hambatan. Masalah dan hambatan-hambatan itu dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, dari luar dirinya atau lingkungannya, ataupun kedua-duanya. Masalah yang berasal dari dalam dirinya antara lain sering terjadi bahwa minat remaja tidak sesuai dengan kemampuannya. Masalah yang berasal dari luar atau lingkungannya antara lain sering terjadi orang tua menghendaki atau memaksa anaknya untuk memilih jurusan pendidikan yang mempersiapkan pada pekerjaan tertentu tetapi tidak sesuai dengan kemampuan anak. Yang lebih pariah lagi kalau terjadi pilihan anak dan pilihan orang tua tidak saling mendukung, maka anak menghadapi konflik yang lebih serius lagi dalam memilih karier. Oleh karena itu, untuk menghadapi remaja yang mengalami masalah atau kesulitan dalam memilih karier, Shorter (Alexander, dike., 1980) menyarankan hal-hal berikut:
1)  Pelajari diri sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat,
kemampuan, dan ciri-ciri pribadi yang dia miliki merupakan kunci
dari ketetapan perencanaan karier.
2)                Di bidang apa kamu merasa paling serge (confortable).
3)                Tulislah rencana dan cita-citamu secara formal.
4)                Biasakan dirimu dengan tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu
minati.
5)                Tinjau dan bicarakan lagi rencana kariermu itu dengan orang lain.
6)                Jika ternyata pilihan kariermu tidak cocok, hentikan.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, remaja dapat dibantu dalam mengatasi masalah perkembangan dan pilihan karier melalui kegiatan layanan bimbingan karier di SLTP dan SLTA. Layanan bimbingan karier itu dilakukan melalui kegiatan-kegiatan:
a)        Pemahaman diri: bakat, kemampuan, minat, keterampilan, dan ciri-ciri pribadi.
b)                 Pemahaman lingkungan: lingkungan pendidikan dan lingkungan pekerjaan serta berbagai kondisinya.
c)        Cara-cara mengatasi masalah dan hambatan dalam perencanaan dan pemilihan karier sehubungan dengan kemungkinan keterbatasan lingkungan dan keadaan diri.
d)                Perencanaan masa depan.
e)        Usaha penyaluran, penempatan, pengaturan, dan penyesuaian,
4.      Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja dalam Penye-lenggaraan Pendidikan
   Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor-faktor tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut.Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang tergabung di dalam kelas, sekalipun masing-masing di antara mereka sangat berbeda-beda. Pengakuan terhadap kemampuan setiap pribadi yang beraneka-ragam itu menjadi kurang. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan
perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat
dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan
semacamnya.       
a.   Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan
pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang
dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah:
1)  Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk
menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai
dengan kemampuannya.
2)              Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungan.
3)              Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal.
b.   Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk
keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian
tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk me
ngembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
1)  Bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika
pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan
keluarga.
2)              Bimbingan siswa untuk memahami norma yang berlaku baik
di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat.
Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan
emosional dari orang tua.
3)      Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan dengan orang tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun di luar sekolah.



No comments:

Post a Comment