BAB VI
TUGAS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN
PRIBADI, PENDIDIKAN DAN
KARIER, DAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA
A. Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai
Individu
1. Pengertian Kehidupan Pribadi dan
Karakteristiknya
Pada hakikatnya
manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki
sifat-sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Posisinya sebagai makhluk individu, seseorang menyadari bahwa dalam kehidupannya
memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan
diri pribadi, baik fisik maupun
nonfisik. Kebutuhan diri pribadi tersebut meliputi kebutuhan
fisik dan kebutuhan sosio-psikologis. Dalam pertumbuhan
fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh
serta perlindungan keamanan fisiknya. Kondisi fisik amat penting dalam perkembangan dan pembentukan pribadi seseorang.
Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang
utuh dan lengkap dan memiliki ciri khusus dan unik. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain
aspek emosional, sosial psikologis dan
sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola
kehidupan pribadi yang lebih mantap, seorang individu berupaya untuk mampu
mandiri, dalam arti mampu mengurus
diri sendiri sampai dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Untuk itu diperlukan
penguasaan situasi untuk menghadapi berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kestabilan pribadinya.
Kekhususan kehidupan
pribadi bermakna bahwa segala kebutuhan dirinya
memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalah-masalah yang tidak
dapat disamakan dengan individu yang lain. Oleh karenanya, setiap pribadi akan dengan sendirinya menampakkan
ciri yang khas yang berbeda dengan
pribadi yang lain. Di samping itu, dalam kehidupan ini diperlukan keserasian antara kebutuhan fisik
dan nonfisiknya. Kebutuhan fisik tiap
orang perlu pemenuhan, misalnya seseorang perlu bernapas dengan lega, perlu
makan enak dan cukup, perlu kenikmatan, dan perlu keamanan. Berkaitan dengan aspek sosio-psikologis, setiap pribadi membutuhkan kemampuan untuk menguasai
sikap dan emosinya serta sarana komunikasi untuk bersosialisasi. Hal itu semua
akan tampak secara utuh dan lengkap
dalam bentuk perilaku dan perbuatan yang mantap. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi merupakan bentuk
integrasi antara faktor fisik, sosial budaya, dan faktor psikologis. Di samping itu, seorang individu juga membutuhkan
pengakuan dari pihak lain tentang
harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun dari luar keluarganya. Tiap orang mempunyai harga
diri dan berkeinginan untuk selalu
mempertahankan harga diri tersebut.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Pribadi
Seseorang individu, pertama
tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai
dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya
sebagai penyelenggara pendidikan yang bertanggung jawab, mengutamakan pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya.
Bahwa perkembangan kehidupan seseorang
ditentukan pula oleh faktor keturunan dan
lingkungan. Aliran nativisme menyatakan bahwa seorang individu akan menjadi
"orang" sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan dan sifatnya yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan aliran empirisme mengatakan sebaliknya
bahwa seorang individu diibaratkan sebagai kertas/lilin yang masih putih
bersih. Ia akan menjadi "manusia" seperti yang dikehendaki oleh
lingkungan. Kedua aliran itu
menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadinya.
Pengaruh-pengaruh itu akan terpadu bersama-sama saling memberi andil "menjadikan manusia sebagai
manusia". Aliran yang mengakui bahwa kedua aliran itu secara
terpadu memberikan pengaruh terhadap
kehidupan seseorang adalah "aliran konvergensi.
3. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Lingkungan kehidupan
sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi
seseorang amatlah kompleks dan heterogen. Baik
lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing memiliki ciri yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu
berbeda-beda pula sesuai dengan
lingkungan di mana mereka dibesarkan.
Dua orang anak yang
dibesarkan di dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi
yang berbeda, karena hal itu ditentukan oleh bagaimana
mereka masing-masing berinteraksi dan mengintegrasikan dirinya dengan
lingkungannya.
4. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Kehidupan merupakan rangkaian yang
berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya,
dan keadaan yang akan datang banyak
ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini.
Dengan demikian, tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses
perkembangan kehidupan sebelumnya dan
dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan
pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan
tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai
aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang
anak akan berperilaku mantap, yaitu: mampumenghadapi
dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian
emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
5. Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Kehidupan pribadi
yang merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan
perkembangan, perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu
perlu dilakukan pembiasaan dalam hal:
a. Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan
waktu secara baik.
Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam
kehidupan perlu ditanamkan secara benar.
Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam
kehidupan perlu ditanamkan secara benar.
b. Mengerjakan
tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri
dengan penuh tanggung jawab.
dengan penuh tanggung jawab.
c. Hidup
bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama,
terutama dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola ke
hidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh
masyarakat.
terutama dengan teman sebaya. Menunjukkan gaya dan pola ke
hidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh
masyarakat.
d. Cara-cara pemecahan
masalah yang dihadapi. Menunjukkan dan
melatih cara merespon berbagai masalah yang dihadapi.
melatih cara merespon berbagai masalah yang dihadapi.
e. Mengikuti
aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab
dan disiplin.
dan disiplin.
f. Melakukan
peran dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Di dalam keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang
lain dan keteladanan.
Di dalam keluarga perlu dikembangkan sikap menghargai orang
lain dan keteladanan.
Di samping perlu diciptakan
suasana keteladanan oleh pihak-pihak yang berwewenang,
seperti orang tua di dalam keluarga, guru di sekolah,
dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini yang perlu
ditonjolkan antara lain adalah sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prinsip yang maton (dapat dipercaya).
B. Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
Pada
hakikatnya manusia selalu ingin tahu,
dengan demikian ia (mereka) selalu berupaya mengejar pengetahuan. Atas dasar hakikat inilah maka manusia
senantiasa terus belajar, mencari
tahu banyak hal. Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan (belajar) seumur hidup, yang artinya adalah
manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayatnya.
Kehidupan
pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur
pendidikan sekolah maupun luar
sekolah. Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang
dimaksud baik yang dialami oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan atau kehidupan
masyarakat. Sedang kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja. Seperti dikatakan
oleh Garrison (1956) bahwa
setiap tahun di dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja
masuk ke dunia kerja itu
merupakan awal pengalamannya dalam kehidupan berkarya (berkarier). Pada hakikatnya kehidupan anak (remaja) di
dalam pendidikan merupakan awal
kehidupan kariernya. Baik di dalam kehidupan pendidikan maupun kehidupan karier, para remaja
memperoleh pengalaman yang
menggambarkan adanya pasang surut.
A. Karakteristik
Kehidupan Pendidikan dan Karier
Belajar
itu akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan
kebutuhannya. Cita-cita tentang
jenis pekerjaan di masa yang akan datang merupakan
faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhannya
untuk belajar. Pada usia remaja, telah mulai jelas terbentuknya
cita-cita dewasa nanti. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa remaja
telah memiliki minat yang jelas terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu remaja secara sadar telah
mengetahui pula bahwa untuk mencapai
jenis pekerjaan yang diidamkan itu memerlukan sarana pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Pada dasarnya belajar atau mengikuti pendidikan tertentu
merupakan persiapan baginya untuk suatu pekerjaan. Hal inilah yang membimbing
remaja menentukan pilihan jenis
pendidikan yang akan diikuti.
Anak masuk SLTP pada
usia 13-14 tahun atau pada usia awal remaja (pre-adolescence).
Mereka mulai mengenal sistem baru dalam sekolah,
antara lain perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai macam sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam. Begitu pula anak mulai mengenal berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari dengan berbagai karakteristiknya. Di SLTP belum ada masalah pemilihan
jurusan, tetapi untuk tingkat SLTA, saat anak berusia sekitar 15-18 tahun, pemilihan jurusan itu telah pula
diperkenalkan.
Dengan demikian,
mereka memiliki tiga lingkungan pendidikan yang
pola dan karakteristiknya berbeda-beda. Remaja memiliki tiga lingkungan kehidupan, yang ketiga-tiganya mempunyai corak yang
berbeda-beda serta masing-masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan itu ialah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan hal itu.
B. Lingkungan
Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan
remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan
pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk
menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai
dengan pandangan hidup keluarga
masing-masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga-keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama,
yaitu Pancasila. Ada keluarga dalam
mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya
menjadi orang yang saleh dan senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi
kemasyarakatan dengan tujuan untuk
menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang
produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Banyak corak dan pola penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok pola pendidikan, yaitu pendidikan
otoriter, pendidikan demokratis, dan
pendidikan liberal. Dalam pendidikan yang bercorak otoriter, anak-anak senantiasa harus mengikuti
apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang pada
pendidikan yang bercorak liberal, anak-anak dibebaskan
untuk menentukan tujuan dan cita-citanya.
Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis.
Makna pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hadjar
Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan
itu hendaknya ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, yang
artinya: Di depan memberi contoh di tengah membimbing, dan
di belakang memberi semangat.
C. Masyarakat
Masyarakat merupakan
lingkungan alami kedua yang dikenal anak-anak. Anak
remaja telah banyak mengenal karakteristik masyarakat
dengan berbagai norma dan keragamannya. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan dan diikuti oleh anggota masyarakat, dan dengan demikian para remaja perlu mema-hami hal itu. Tidak jarang para remaja berbeda pandangan dengan para orang tua, sehingga norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan norma
masyarakat yang sedang berlaku. Hal ini tentu saja akan berdampak pada pembentukan pribadi remaja. Perbedaan ini dapat
mendorong para remaja untuk membentuk kelompok-kelompok sebaya yang memiliki kesamaan pandangan.
Di balik itu di
dalam masyarakat terdapat tokoh-tokoh yang memiliki
pengaruh kuat terhadap pola hidup masyarakatya. Namun hal itu terkadang tidak mampu mempengaruhi kehidupan remaja, akibatnya para remaja kadang-kadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan masyarakat, atau para remaja dengan sengaja menghindari dari aturan dan ketentuan masyarakat.
Dalam menjalankan
fungsi pendidikan, masyarakat banyak membentuk
atau mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau kursus-kursus yang secara sengaja disediakan untuk anak remaja dalam
upaya mempersiapkan hidupnya di kemudian hari.
D. Sekolah
Sekolah merupakan
lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi para remaja pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Di mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di kemudian hari. Mereka
menyadari jika prestasi atau hasil yang dicapai di
sekolah itu baik, hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya
di kemudian hari menjadi cerah, tetapi sebaliknya apabila prestasi yang dicapainya kurang baik, hal itu dapat berakibat gelapnya masa depan mereka.
Bahwa
pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh
langsung terhadap kehidupan pendidikan
masing-masing remaja. Lingkungan teman sebaya akan memberikan
peluang bagi remaja (laki-laki atau wanita) untuk menjadi lebih matang. Di dalam kelompok sebaya berkesempatan
seorang gadis untuk menjadi seorang wanita dan perjaka untuk menjadi
seorang laki-laki serta belajar
mandiri sesuai dengan kodratnya.
3. Pengaruh Perkembangan
Kehidupan Pendidikan dan Kdarier terhadap Tingkah Laku dan
Sikap
Pada
jenjang pendidikan dasar yang kurikulumnya masih sangat umum, sekolah tersebut menyediakan pelajaran dasar
yang belum bermakna sebagai pembekalan anak-anak untuk
siap bekerja dan belum terarah kepemberian
keterampilan tertentu untuk terjun ke dunia kerja di dalam masyarakat. Hal ini
dapat menimbulkan pandangan yang
macam-macam bagi para
remaja beserta orang tua mereka, terutama
bagi keluarga yang kurang mampu. Banyak
pandangan yang menyatakan bahwa sekolah itu kurang
membawa manfaat bagi hidupnya, mereka (golongan yang sosial
ekonominya lemah) memandang bahwa sekolah tidak dapat memberikan
pekerjaan baginya. Hal ini akan mempengaruhi sekali
sikap mereka terhadap pendidikan sekolah tersebut.
Sikap remaja terhadap
pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik
guru yang mengajarnya. Guru yang "baik" di mata para siswa tidak hanya tergantung kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan tergantung pada banyak faktor. Guru yang baik itu adalah guru yang akrab dengan siswanya dan menolong siswa dalam pelajaran. Hal ini sering
disalahartikan, karena "menolong atau membantu" disamakan dengan memberikan nilai tinggi atau meluluskan. Padahal sekolah, dalam hal ini para
guru, memberikan bimbingan dan menilai atas dasar objektivitas yang tidak disertai faktor emosional.
1. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pendidikan dan Karier
Sebagaimana diuraikan
di bagian lain, tentang perkembangan intelek, bahwa
pencapaian tingkat pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan
atau IQ. Dalam kenyataannya IQ setiap individu berbeda-beda,
maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, kehidupan pendidikan akan sangat bervariasi atau berbeda-beda seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir atau IQ.
Berhubung kehidupan
pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karier,
maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut konsekuensinya
akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan
kariernya." Kehidupan karier seseorang juga berbeda-beda.
2. Upaya Pengembangan Kehidupan
Pendidikan dan Karier
Menghadapi tiga
lingkungan pendidikan yang berbeda-beda, dapat menyebabkan
peserta didik mengalami kebingungan untuk mengikutinya. Pertentangan dan atau perbedaan norma antara masing-masing lingkungan amat
besar kemungkinannya akan terjadi. Untuk itu, hubungan antara ketiga pelaksana pendidikan itu satu sama lain harus mengadakan pendekatan untuk mencapai keharmonisan program.
Orang tua perlu
memahami kemajuan pendidikan baik di sekolah maupun
di luar sekolah dan di luar keluarga. Hal ini amat tinggi nilainya, karena dengan norma dan ketentuan yang tidak terlalu jauh berbeda antara rumah, sekolah, dan masyarakat keharmonisan hidup dapat dicapai.
Salah satu perbedaan antara orang dewasa
dan anak-anak adalah bahwa pada orang dewasa
kegiatan yang dilakukan lebih berorientasi kepada kerja-kerja produktif, sedang
anak-anak masih diwarnai unsur bermain.
Remaja berada di antaranya, artinya kegiatan kerja yang dilakukan belum
sepenuhnya untuk maksud-maksud produktif, ia (mereka) kadang-kadang berpikir tentang kerja, yang umumnya sebagai pekerja sambilan (part-time worker) dan
kadang-kadang perhatiannya sama sekali
tidak pada pekerjaan. Remaja yang usianya berkisar 13 s.d. 19 tahun di
dunia karier relatif masih muda dan berada pada posisi awal. Untuk itu, maka perlu dibedakan karier remaja awal, yang karena kondisinya pada usia 13-16 tahun hams masuk ke
dunia kerja.
Mereka masih banyak menghadapi masalah, Baik masalah
fisik maupun psikologis. Secara fisik remaja belum siap untuk kerja. tetapi
bagi anak tertentu bekerja di usia muda itu
merupakan "keterpaksaan". Secara psikologis mereka belum- siap mental
belum dapat secara
penuh bertanggung jawab, masih sangat emosional dan belum mandiri. Di dunia kerja, remaja tersebut menghadapi kondisi dilematis, antara
bermain dan bekerja. Proses
pemilihan kerja sebenarnya telah berlangsung sejak dini,
di saat anak itu menetapkan pilihan
sekolah. Para remaja telah berkemampuan untuk menarik
keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan yang belum mantap. Oleh
karenanya, mereka masih
memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing. Banyak
faktor yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan pekerjaan, antara lain adalah minat dan
kemampuan, jenis kelamin, latar
belakang orang tua dan kondisi sosial ekonominya, dan jenis pekerjaan
itu sendiri. Secara biologis pada usia remaja telah siap untuk melakukan pekerjaan, atau dengan kata lain
telah siap untuk bekerja. Secara
hukum, usia remaja yaitu antara 16-19 tahun telah dibenarkan untuk melakukan pekerjaan.
Dalam periode pilihan
realistis (17/18 - dan yang leblh tua) remaja telah sampai pada
tahap eksplorasi, yaitu mencari berbagai alternatif
pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan pilihan karier. Tetapi tahap spesifikasi
yang merupakan tugas perkembangan
akhir dalam pilihan karier seseorang, di mana seseorang telah memiliki suatu
pekerjaan yang relatif tetap berusaha
untuk memilih tugas-tugas tertentu atau posisi-posisi spesifik, tentunya belum merupakan bagian dari
perkembangan karier remaja.
3. Masalah yang Dihadapi
Dalam proses
perkembangan karier itu remaja sering mengalami berbagai
masalah dan hambatan. Masalah dan hambatan-hambatan itu dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, dari luar dirinya atau
lingkungannya, ataupun kedua-duanya. Masalah yang
berasal dari dalam dirinya antara lain sering terjadi
bahwa minat remaja tidak sesuai dengan kemampuannya. Masalah yang berasal dari luar atau lingkungannya antara lain sering terjadi orang
tua menghendaki atau memaksa anaknya untuk memilih jurusan pendidikan yang mempersiapkan pada pekerjaan tertentu tetapi
tidak sesuai dengan kemampuan anak. Yang lebih pariah lagi kalau terjadi pilihan anak dan pilihan orang tua tidak
saling mendukung, maka anak
menghadapi konflik yang lebih serius lagi dalam memilih karier. Oleh karena itu, untuk menghadapi remaja yang
mengalami masalah atau kesulitan dalam
memilih karier, Shorter (Alexander, dike., 1980) menyarankan hal-hal berikut:
1) Pelajari diri sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat,
kemampuan, dan ciri-ciri pribadi yang dia miliki merupakan kunci
dari ketetapan perencanaan karier.
kemampuan, dan ciri-ciri pribadi yang dia miliki merupakan kunci
dari ketetapan perencanaan karier.
2)
Di bidang apa kamu merasa
paling serge (confortable).
3)
Tulislah rencana dan
cita-citamu secara formal.
4)
Biasakan dirimu dengan
tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu
minati.
minati.
5)
Tinjau dan bicarakan lagi
rencana kariermu itu dengan orang lain.
6)
Jika ternyata pilihan
kariermu tidak cocok, hentikan.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia,
remaja dapat dibantu dalam mengatasi masalah
perkembangan dan pilihan karier melalui kegiatan layanan
bimbingan karier di SLTP dan SLTA. Layanan bimbingan karier
itu dilakukan melalui kegiatan-kegiatan:
a)
Pemahaman diri: bakat,
kemampuan, minat, keterampilan, dan ciri-ciri pribadi.
b)
Pemahaman lingkungan: lingkungan
pendidikan dan lingkungan pekerjaan serta berbagai kondisinya.
c)
Cara-cara mengatasi masalah
dan hambatan dalam perencanaan dan pemilihan karier
sehubungan dengan kemungkinan keterbatasan lingkungan
dan keadaan diri.
d)
Perencanaan masa depan.
e)
Usaha penyaluran, penempatan,
pengaturan, dan penyesuaian,
4.
Implikasi Tugas-Tugas
Perkembangan Remaja dalam Penye-lenggaraan
Pendidikan
Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang
berada di lingkungan remaja, maka pemikiran
tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan
faktor-faktor tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan
pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut.Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik
pendidikan yang diselenggarakan di
dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama
semua tindakan pendidikan kepada
semua remaja yang tergabung di dalam kelas, sekalipun masing-masing di antara
mereka sangat berbeda-beda. Pengakuan
terhadap kemampuan setiap pribadi yang beraneka-ragam itu menjadi kurang. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan
perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat
dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan
semacamnya.
perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat
dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan
semacamnya.
a. Beberapa usaha yang perlu
dilakukan di dalam penyelenggaraan
pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang
dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah:
pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang
dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah:
1)
Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan
siswa untuk
menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai
dengan kemampuannya.
menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai
dengan kemampuannya.
2)
Memberikan latihan-latihan praktis terhadap
siswa dengan berorientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungan.
3)
Penyusunan kurikulum yang komprehensif
dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal.
b. Keberhasilan
dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk
keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian
tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian
tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
1)
Bimbingan tentang cara pergaulan dengan
mengajarkan etika
pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan
keluarga.
pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan
keluarga.
2)
Bimbingan siswa untuk memahami norma yang
berlaku baik
di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat.
Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan
emosional dari orang tua.
di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat.
Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan
emosional dari orang tua.
3)
Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk
mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal
ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan
dengan orang tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam
maupun di luar sekolah.
No comments:
Post a Comment