BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Gotong royong adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.
Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Katanya berasal dari
gotong = bekerja, royong = bersama
Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan,
dan kekeluargaan, gotong royong
menjadi dasar Filsafat Indonesia seperti yang dikemukakan oleh
M. Nasroen
Budaya
Gotong royong yang merupakan jati diri Bangsa Indonesia harus dilestarikan.
Seandainya bangsa ini sudah menjadi bangsa yang maju, tetap saja jati diri
tersebut harus dipertahankan karena merupakan ruh bagi kerukunan bangsa dan
juga turut menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Karena menjadi maju bukan
harus seperti negara barat.
B. Masalah
dan Sub Masalah
Adapun masalah yang akan dipaparkan dalam penulisan
ini adalah “Budaya gotong royong perlu dilestarikan?”
Agar masalah tidak terlalu luas, maka penulis
membaginya ke dalam beberapa Sub masalah, yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan Budaya?
2.
Apa yang dimaksud dengan gotong royong?
3.
Mengapa budaya gotong royong perlu dilestarikan?
C. Tujuan
Penulisan
Sesuai dengan perumusan masalah dan sub masalah di
atas, maka penulis menentukan tujuan penulisan ini, yaitu:
1.
Mengetahui tentang Budaya.
2.
Mengetahui tentang gotong royong.
3.
Mengetahui mengapa budaya gotong royong perlu dilestarikan.
D. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat penulisan ini, yaitu:
1.
Bagi penulis
Dapat
menemukan salah satu budaya bangsa yang mulai memudar, dan bagaimana cara untuk
melestarikannya.
2.
Bagi pembaca
Memberikan
informasi mengenai budaya gotong royong, dan alasan mengapa budaya gotong
royong perlu dilestarikan.
BAB II
BUDAYA GOTONG ROYONG PERLU DI LESTARIKAN
BUDAYA GOTONG ROYONG PERLU DI LESTARIKAN
A.
Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif"
di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Pengertian kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian
nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang
mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai
berikut:
1.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4
unsur pokok, yaitu:
o alat-alat teknologi
o sistem ekonomi
o keluarga
o kekuasaan politik
2.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
o sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya
o organisasi ekonomi
o alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
o organisasi kekuatan (politik)
Wujud dan komponen
Wujud
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
·
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
·
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
·
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan
wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :
·
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
·
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
·
Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
·
Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
·
Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
·
Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari
kebudayaan antara lain:
Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan,
atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang
hidup dari pertanian
paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga
sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
·
alat-alat produktif
·
senjata
·
wadah
·
makanan
·
pakaian
·
tempat berlindung dan
perumahan
Sistem mata pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus
pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
·
Beternak
Sistem mata pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus
pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
·
Beternak
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam
struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan
bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur
sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri
dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik,
paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari
yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di
masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga
inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan
keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang
selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai
sendiri.
Bahasa
Bahasa
adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi
umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi
dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan
dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra),
mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang
kompleks.
B.
Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang
dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.
Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Katanya berasal dari
gotong = bekerja, royong = bersama
Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan,
dan kekeluargaan, gotong royong
menjadi dasar Filsafat Indonesia seperti yang dikemukakan oleh
M. Nasroen
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan
secara bergotong royong antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan
lingkungan sekitar.
Sikap gotong royong itu seharusnya
dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat yang ada di Kota
Bulukumba. Karena, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan
masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong. Dengan
demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat
diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar
dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau
lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan
persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.
Dibandingkan dengan cara individualisme
yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu
daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan
diantara masyarakat di kota tersebut.
Perubahan ekonomi Indonesia di bawah
rezim Soeharto memungkinkan masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai
budaya mulai dengan deras masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat
Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari
ekonomi agraris ke industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang
tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga
bersifat materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah
memudar
Manfaat gotong royong yaitu :
· 1.Pekerjaan yang berat menjadi ringan
· 2.Pekerjaan cepat selesai
· 3.Mudah mendapatkan pertolongan
· 4.Mempererat persaudaraan, dll.
Akibat tidak memiliki sikap gotong
royong :
· 1.Sulit mendapatkan bantuan/pertolongan
· 2.Dijauhi teman
· 3.Sering mendapat kesulitan, dll.
Contoh-contoh perilaku gotong royong
:
· 1.Kerja bakti membersihkan rumah
· 2.Mencuci pakaian
· 3.Piket kelas
· 4.Mengantar pulang teman yang sakit, dll.
2. Pentingnya kerukunan
Kerukunan
adalah suatu perilaku yang mencerminkan adanya saling pengertian agar tercipta perdamaian,
persahabatan, dan persaudaraan.
Ciri-ciri hidup rukun, yaitu
·
Menghargai pendapat orang lain
· Menghargai hasil
karya orang lain
· Membina
hubungan baik
· Saling menghormati
· Saling menyayangi
Manfaat hidup rukun / pentingnya
hidup rukun , yitu :
· Tidak adanya
pertengkaran
· Hidup dalam keluarga
menjadi harmonis
· Hidup menjadi
aman
· Hidup menjadi
tenteram dan damai
·
Memperkokoh persatuan dan kesatuan.
Akibat
hidup tidak rukun , antara lain :
· Mudah terjadi
pertengkaran
· Kehidupan tidak
tenteram
· Mudah dihasut
orang lain4.Banyak musuhnya, dll.
Contoh
hidup rukun, antara lain :
· Makanbersama
· Belajar kelompok
· Bermain bersama
· Bermusyawarah
· Rekreasi
bersama, dll.
2.Berbagi
Berbagi yaitu ada yang member dan
ada yang menerima.Berbagi adalahbagian dari gotong royong.Banyak yang dapat
kita bagi, antara lain
· Makanan
· Warisan
· Pekerjaan
· Ilmu pengetahuan
· Waktu, dll.
Manfaat saling berbagi :
· Menumbuhkan
kasih saying
· Menciptakan
kerukunan
· Hidup menjadi tenang
dan tenteram.
Akibat tidak saling berbagi :
· Yang lemah akan tersisih
· Serakah
· Timbul
perselisihan
· Dijauhi sesame
· Hidup tidak
tenang
·
3. Tolong menolong
Manusia adalah makhluk sosial,
artinya setiap manusia membutuhkan pertolongan orang lain.Tolong menolong juga
disebut saling membantu. Dalam tolong menolong hendaknya disertai
sikapsaling member dan menerima. Menolong orang lain hendaknya dilakukan secara
tulus hati atau ikhlas.
Pentingnya sikap tolong menolong :
1. Penderitaan menjadi berkurang
2.Mempererat persaudaraan
3.Kesulitan
dapat teratasi.
C. Budaya Gotong-Royong Perlu Dilestarikan
Budaya Gotong royong yang merupakan jati diri Bangsa Indonesia harus
dilestarikan. Seandainya bangsa ini sudah menjadi bangsa yang maju, tetap saja
jati diri tersebut harus dipertahankan karena merupakan ruh bagi kerukunan
bangsa dan juga turut menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Karena menjadi
maju bukan harus seperti negara barat.
Untuk itulah dicanangkan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat
[BBGRM] guna melestarikan budaya gotong royong yang tumbuh dan berkembang
didalam masyarakat sebagai bagian dari sistem budaya bangsa secara berdaya guna
dan berhasil guna untuk memperkuat integritas sosial masyarakat di desa dalam
kerangka memperkokoh NKRI. kata Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
[PMD] Kabupaten Bantul Dra. Sri Ediastuti, MSc dalam acara Pencanangan Bulan
Bhakti Gotong Royong [BBGRM], Hari Kesatuan Gerak [HKG] PKK ke 40 dan Hari
Keluarga ke XXIX Tahun 2012 di Balai Desa Palbapang.
Pada acara yang dihadiri Bupati Bantul Hj, Sri Surya Widati,
Muspida, Camat Bantul Nugroho Eko Santoso, S Sos. Muspika, lurah desa se Bantul
dan ratusan undangan lainnya tersebut Edi Astuti menambahkan bahwa kegiatan
dicanangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan
mengikutsertakan seluruh komponen yang ada.
Untuk kegiatan BBGRM sendiri dilaksanakan 1 Mei hingga 31 Mei 2012
secara serentak di seluruh desa se Kabupaten Bantul dengan kegiatan meliputi
bidang kemasyarakatan, bidang sosial agama dan bidang lingkungan. Selain itu,
ada juga penggalakkan program KB pria serta terpenuhinya 8 fungsi keluarga
dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera. katanya,
Delapan fungsi itu adalah fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi
cinta kasih, fungsi perlindungan, kelestarian lingkungan, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi serta fungsi pendidikan dan sosialisasi.
Sedangkan Bupati Bantul mengatakan budaya gotong royong tetap
dilestarikan. Dengan gotong royong akan terjalin komunikasi yang baik antar
masyarakat sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian. katanya.
Sementara lurah Palbapang Ris Iriyanti mengatakan dalam acara
tersebut juga diisi dengan kegiatan bazar potensi dari sepuluh pedukuhan se
Desa Palbapang dan peresmian gedung serba guna Graha Pal Manunggal oleh Bupati
Bantul yang dibangun sejak akhir tahun 2010 dengan anggaran Rp. 578 juta dari
APB des, APBD Bantul dan APBD Prop. DIY.
Pada kesempatan tersebut Bupati Bantul menyerahkan beberapa bantuan
seperti bantuan bibit ikan dan padi, bantuan stimulan pembangunan, bantuan obat
pertanian, dan beberapa bantuan pinjamam kepada kelompok tani, kelompok PKK,
pelaku kesehatan dan kepada kelompok masyarakat di Kabupaten Bantul.
Nilai
dan semangat gotong royong yang mulai luntur pada masyarakat kehidupan modern
ini perlu dilestarikan kembali. Karena gotong royong merupakan nilai dan
tradisi yang mulia yang diwariskan oleh pera pendahulu kita untuk dilanjutkan
kedepan.
Dengan
gotong royong kata dia, semua permasalah sosial bisa diatasi secara
bersama-sama dan juga untuk meningkatkan rasa solidaritas serta kesetiakawanan.
Tidak ada yang tidak bisa diatasi kalau permasalah itu dihadapi secara bersama,
sehingga hal itu juga bisa memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara kita.
kepada semua masyarakat
Indonesia memanfaatkan BBGRM tersebut untuk membangun, memperbaiki, dan
meningkatkan apa saja yang dirasakan sebagai kebutuhan bersama dilingkungan
masing-masing.
Dengan
semakin berkembangnya zaman, kemajuan teknologi, dan golalisasi dewasa ini,
tentunya bedampak terhadap tatanan nilai kehidupan bermasyarakat, dimana dengan
adanya kemajuan semangkin tingginya sikap individualisme dalam kehidupan
bermasyarakat.
Jika kondisi itu terus
terjadi, maka bukan tidak mungkin nilai kebersamaan, gotong royong bahkan
persatuan dan kesatuan akan semakin pudar.
Maka,
dengan adanya BBGRM ini, kita tingkat rasa itu kembali, sehingga bisa menjalin
rasa persatuan dan kesatuan kita sesame.
Sementara
kepala Kantor pemberdayaan masyarakat Kota Padangpanjang Laswarni mengatakan,
kegiatan BBGRM dimulai dari usulan masyarakat, LPM dan pemerintah kelurahan
yang sudah disepakati.
Kegiatan
dimulai pembenahan K3 di setiap RT, rehap dan pendaman jalan setapak dan riol,
pelebaran dan pengecoran jalan setapak, pelatihan group pasambahan, dan
kegiatan adat, sosial budaya dan keagamaan lainnya
LAMPIRAN
Berdasarkan maasalah saya melampirkan
beberapa pidato tentang perlunya pelestarian budaya gotong royong.
Medan, (beritasumut.com)
Kegiatan gotong royong di tengah-tengah masyarakat semakin
memudar. Untuk itu gotong royong sebagai budaya yang merupakan kebersamaan dan kepedulian
di masyarakat harus kembali dibangkitkan. Selain itu kebersamaan dan kedekatan
pemerintah dengan masyarakat juga harus ditingkatkan sehingga tida ada jarak
antara pemerintah dengan masyarakat.
Hal ini dikatakan Walikota Medan Rahudman Harahap, pada
acara gotong royong massal bersama warga Kecamatan Medan Tembung di tanah
Pekuburan Muslim Gang Istirahat, Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan
Tembung, Jumat (24/06/2011).
Acara gotong royong massal ini juga dihadiri Wakil Walikota
Medan Drs H Dzulmi Eldin S MSi, Sekda Ir Syaiful Bahri Lubis MM, Pimpinan SKPD
Pemko Medan, Muspika Medan Tembung, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan
dan ibu-ibu perwiritan.
Kata Walikota, kegiatan gotong royong tidak ada kaitannya
dengan peringatan Hari Jadi Kota Medan, karena pada hari ini memang Medan
Tembung meggelar kegiatan gotong royong diwilayahnya yang sudah menjadi program
Pemko Medan. “Kita terus berupaya meningkatkan gotong royong dan ini tidak
terkait dengan Hari Jadi karena kegiatan ini sudah terjadwal di setiap
lingkungan, kelurahan dan kecamatan melaksanakan gotong royong,” ujarnya.
Walikota juga berharap, kegiatan ini adalah kegiatan tingkat
kecamatan, tetapi kedepannya kegiatan ini ditingkatkan ke tingkat Kelurahan dan
tingkat lingkungan, karena ini merupakan bagian kegiatan rutin dari masyarakat
dan setiap pelaksanaan gotong royong antusias masyarakat memang cukup besar.
Lebih lanjut dikatakannya, kegiatan gotong royong ialah
suatu kegiatan di masyarakat, yang pertama dibangun ialah kemitraan serta rasa
kebersamaan. "Untuk itulah perlunya kita membangkitkan kegiatan ini,
karena dengan lingkungan bersih akan melahirkan anak yang sehat dan anak yang
sehat akan menjadi anak yang cerdas dan pintar," sebutnya.
Menurutnya, ada tiga tujuan utama dari pelaksanaan
gotong royong yaitu, memperkuat integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat,
meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam membangun, dan ketiga
ialah meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar mampu membangun diri dan
lingkungannya secara mandiri.
"Semua tanah pekuburan akan dijadikan sebuah lahan
terbuka hijau dan menjadi sebuah taman yang hijau bagi masyarakat, tanah
pekiburan akan dikelola dan dirawat, dipagar dan dicat, juga akan disiapkan
fasilitas yang akan diperlukan," sebutnya. (BS-024)
Last Updated on Monday, 27 June 2011 02:24
Gotong Royong Harus Dilestarikan
Cigasong, (Sinarmedia).-
Bupati Majalengka H. Sutrisno bersama Ketua DPRD H. Surahman
dan Kepala BPMD-PKB H. Ahmad Sodikin sedang memukul kentongan sebagai simbol
gotong royong.
Semangat gotong-royong adalah salah satu warisan dari nenek
moyang dan merupakan budaya yang telah mengakar yang senantiasa
dilestarikan serta terus dilakukan oleh seluruh masyarakat Majalengka.
Hal tersebut disampaikan Bupati Majalengka H. Sutrisno,
SE.M.Si. dalam sambutanya pada acara pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong
Masyarakat (BBGRM) ke VIII sekaligus peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK
ke 39 tahun 2011 yang digelar di lapangan desa Kutamanggu kecamatan Cigasong
belum lama ini.
Menurut Bupati,gotong royong mengandung filosofi kita
membutuhkan bantuan orang lain dan lingkungan sekitar dalam segala aspek
kehidupan.Karena itulah kita mesti bergotong royong.
“Sasarannya tentu saja untuk meningkatkan persatuan, peran
aktif masyarakat dan kemitraan, sehingga masyarakat memiliki rasa
tanggung jawab terhadap hasil-hasil pembangunan.“ Ujarnya.
Bupati menambahkan, program kegiatan BBGRM ini mengandung dua
makna pertama, agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan
untuk membangun diri dan lingkungan secara mandiri. Kedua, untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program
pembangunan agar masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.
“Karena bertemakan gotong royong, semua warga sudah
selayaknya membantu program ini, karena hasilnya akan dirasakan oleh kita
sendiri.” Tambahnya.
Sementara itu, Kepala BPMDPKB Drs. H. Ahmad Sodikin M.M. dalam
sambutanya mengatakan, tujuan diselenggarakannya kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat melalui semangat kebersamaan, kekeluargaan
dan kegotong royongan dalam pembangunan menuju integrasi bangsa. Dan kegiatan
tersebut juga diarahkan ke empat bidang yaitu bidang kemasyarakatan, bidang
sosial budaya dan keagamaan, serta bidang ekonomi dan lingkungan hidup.
“Pelaksanaan bulan gotong royong ini sesuai dengan amanat
Peraturan Mentri (Permen) dalam negeri No. 42 tahun 2005 dan surat sekretaris
daerah provinsi Jawa Barat pada tanggal 09 Februari 2011 untuk melaksanakan
Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat.” katanya.
Diki menambahkan, pelaksanaan kegiatan ini menggunakan dana
dari APBD Majalengka tahun 2011, selanjutnya dalam rangka menunjang kegiatan
BBGRM Pemkab Majalengka memberikan bantuan stimulan berupa semen yang telah
diberikan sebanyak 70 zak di tingkat kabupaten dan 36 zak untuk desa-desa
lokasi di tingkat kecamatan.
“Kegiatan ini merupakan program untuk peningkatan sarana dan
prasarana yang akan menunjang kelancaran di berbagai sektor. Diharapkan kepada
semua pihak, baik itu BPD, LPM dan seluruh institusi pemerintah maupun swasta.
Dalam prosesnya maupun setelah selesai, harus dapat menjaga semua fasilitas
yang telah dikerjakan secara gotong royong tersebut.” Ungkapnya. (Erik)
BUPATI
SERGAI MINTA BUDAYA GOTONG ROYONG PERLU DILESTARIKAN
Nilai-nilai gotong royong yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari sistem
nilai budaya bangsa Indonesia perlu dilestarikan secara berdayaguna dalam upaya
memperkokoh persatuan dan kesatuan di tengah-tengah masyarakat pedesaan. Hal
itu dikemukakan Bupati H.T. Erry Nuradi pada acara pencanangan Bulan Bhakti
Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-VI tingkat Kabupaten Sergai tahun 2009 yang
dipusatkan di lapangan Desa Kerapuh Kecamatan Dolok Masihul, Rabu (12/8) yang
juga dihadiri Wabup H. Soekirman, anggota DPRD Sergai H.M. Fuadi Pasaribu, Plt
Sekdakab Sergai Drs. H. Haris Fadillah M.Si, unsur Muspida, Ketua TP PKK Sergai
Ny. Hj. Evi Diana Erry, Ketua DPC GOPTKI Sergai Ny. Hj. Marliah Soekirman, para
pejabat Pemkab Sergai, para Camat, Kades serta seribuan warga Kecamatan Dolok
Masihul dan sekitarnya.
Dikemukakan Bupati, untuk mendukung
lestarinya nilai-nilai budaya gotong royong di Kabupaten Sergai melalui
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan telah diwujudkan suatu
gerakan yang dinamakan Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat (Gerbang Swara).
Program Gerbang Swara yang disponsori oleh masyarakat mulai dari perencanaan
sampai pelestarian hasil yang dicapai merupakan wujud nyata partisipasi yang
harus dipertahankan dan ditingkatkan di tengah masyarakat sebagai salah satu
usaha percepatan pembangunan di pedesaan.. Gerbang Swara di Kabupaten Sergai
yang diprogramkan sejak tahun 2006 menurut Bupati H.T. Erry Nuradi telah
terhimpun dana sebesar Rp 36,5 milyar lebih dan hal ini merupakan partisipasi
nyata yang diberikan masyarakat daerah ini untuk ikut membangun Sergai.
PNPM MANDIRI
Diungkapkan juga oleh H.T. Erry
Nuradi bahwa untuk mendukung percepatan pembangunan di desa sejak tahun 2005 –
2006, dua kecamatan di Sergai yaitu Pantai Cermin dan Tanjung Beringin telah
mendapat alokasi dana Program Pengembangan Kecamatan (PPK) sebesar Rp 2 milyar,
sementara tahun 2007 program yang sama dilaksanakan di enam kecamatan dengan
alokasi dana sebesar Rp 5 milyar. Sedangkan pada tahun 2008 pemerintah pusat
melalui Program PNPM Mandiri telah mengalokasikan dana sebesar Rp 10,5 milyar
untuk enam kecamatan di Kabupaten Sergai, sementara pada tahun 2009 ini program
yang sama dilaksanakan di seluruh kabupaten Sergai dengan alokasi dana sebesar
Rp 20,8 milyar. Melalui alokasi dana PNPM Mandiri maupun Alokasi Dana
Desa (ADD) dari APBD Kabupaten Sergai yang telah diserahkan kepada seluruh desa
di daerah ini, Bupati Erry Nuradi berharap dapat mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, kesejahteraan dan kesempatan kerja
meningkat, terciptanya lapangan kerja dan pendapatan dari kelompok masyarakat
pedesaan, serta tercapainya kemandirian yang berkelanjutan.
LANJUTKAN
Disela-sela pencanangan BBGRM yang
ditandai juga dengan penyerahan peralatan gotong royong serta berbagai jenis
bibit pohon kepada para Kades di Kecamatan Dolok Masihul, sejumlah masyarakat
setempat menyampaikan kebulatan tekad untuk mendukung program pembangunan di
Kabupaten Sergai. Dalam kebulatan tekad yang dibacakan oleh M. Nawawi dari Desa
Pertambatan juga meminta kepada Bupati H.T. Erry Nuradi dan Wakilnya H.
Soekirman untuk dapat terus melanjutkan kepemimpinannya menjadi Bupati maupun
Wakil Bupati di Kabupaten Sergai periode kedua tahun 2010 – 2015. Kepemimpinan
dwitunggal Erry-Soekirman yang telah dilaksanakan selama empat tahun sejak 2005
sampai 2009 menurut M. Nawawi sudah banyak menunjukkan keberhasilan dan program
pembangunan yang dilaksanakan selama ini di Kabupaten Sergai tampak nyata serta
telah dapat dinikmati oleh masyarakat luas, ungkap M. Nawawi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya penulis
menyimpulkan bahwa salah satu budaya negara kita ialah gotong royong. Budaya Gotong royong yang merupakan jati diri Bangsa Indonesia harus
dilestarikan. Seandainya bangsa ini sudah menjadi bangsa yang maju, tetap saja
jati diri tersebut harus dipertahankan karena merupakan ruh bagi kerukunan
bangsa dan juga turut menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Karena menjadi
maju bukan harus seperti negara barat.
B.
Sarana
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya saran yang
dapat penulis berikan yaitu jangan biarkan budaya gotong royong luntur karena
pengaruh budaya budaya luar di era globalisasi. Besar harapan penulis agar
pembaca dapat melestarikan budaaya gotong royong sebagai jati diri bangsa.
UCAPAN
Tidak lupa penulis mengucap puji dan syukur atas kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat selesai
tepat waktu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Kebudayaan Nasional yang telah membimbing penulis dalam
menylesaikan makalah ini.
Kepada teman-teman semua, penulis juga mengucapkan terima
kasih karena dukungan dan bantuannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.